Fanfict

Aku Hanya Ingin Membuatmu Tersenyum "Part 1"






FanFict by : @Fzlur_Rhmn
Inspired by : @F_CiaJKT48


Hujan yang deras mengiringi langkahku di pagi hari ini. Aku bergegas berangkat ke sekolah seperti biasanya, namun pagi ini ada yang berbeda, ya, aku mesti pakai jas hujan biar ga kebasahan sampai ke sekolah pastinya.
            Perkenalkan namaku Fazlur Rahman, aku kelas XI di salah satu SMK ternama di Samarinda. setelah sekitar 30 menit perjalanan aku sampai disekolah,
            "Pak, bukain
gerbangnya dong, saya mau masuk" Ucapku pada pak satpam.
            "Maaf mas, saya ga bisa bukain gerbangnya" Kata pak satpam yang tiba-tiba membuatku bingung.
            "Loh, kenapa pak? kok saya ga boleh masuk?" Tanyaku dengan nada yang keras karena suara rintik hujan yang sangat nyaring.
            "Silahkan di lihat jam tangannya mas" Ucapnya dengan senyum yang sedikit mengejek.             "Yaampun, gua telat!!" Bagaimana bisa aku telat ke sekolah padahal aku bangunnya ga kesiangan? "Ah, pulang sekolah nanti kayanya mesti gua cek nih jam di kamar" Ucapku dengan sedikit kesal.
            "Jadi sekarang saya mesti ngapain nih pak?" Tanyaku lagi pada satpam yang menjengkelkan itu.
            "Sebentar ya mas, saya tanya ke pak kepala sekolah dulu" Ucapnya.
            "Iya pak, makasih".
Satpam itupun meninggalkanku sendiri di depan gerbang sekolah dengan masih menggunakan jas hujan dan masih berada ditengah derasnya hujan. 10 menit berlalu, satpam itupun tak juga muncul batang hidungnya.
            "Emang tu satpam bikin gua kesal banget, dia fikir ga dingin apa hujan-hujan gini " Ucapku yang kini semakin kesal.
            "Tiiiiiittttt!!!" Suara klakson mobil terdengar nyaring tiba dari arah belakang.
            "Ah, apaan sih ini orang baru belajar make mobil kali ya!" Teriakku ke arah mobil itu. Tiba-tiba pintu mobil terbuka, aku fikir orang yang ada di dalam mobil itu ingin marah padaku tapi ternyata..... Muncul seorang bidadari... eh, perempuan BIASA maksudnya,   keluar dari mobil itu dengan menggunakan payung.
            "Gila nih cewek bening bener ya, air mineral mah lewat" Ucapku dalam hati. Wanita itupun berjalan ke arahku dengan perlahan karena takut roknya terkena genangan air, ya biasalah namanya juga cewek higienis. Entah mengapa semakin dekat wanita itu semakin kencang pula detak jantung yang kurasakan.
            Dan..... wanita itupun akhirnya sampai di dekatku dan berdiri tepat di sampingku, seketika jantungku berhenti.. eh kaga !! becanda gan. Ku pandangi terus wajahnya dengan muka tegang, dan semakin tegang. Belum puas mandangin wajahnya, pak satpam datang menghampiri kami berdua.              "Mbaknya murid baru?" Tanya pak satpam pada cewek yang disebelahku.
            "I.. Iya pak, s.. saya murid baru" Ucapnya dengan suara yang keras dan terbata-bata.
            "Ni cewek cantik-cantik kok gagap, eh engga, mungkin aja karena dia kedinginan, mungkin" Ucapku dalam hati. Satpam itupun membuka gerbang sekolah agar kami bisa masuk,
            "Yaudah kalau gitu mbaknya langsung masuk ke kelas aja".
            "Saya gimana pak?" tanyaku.
            "Kalau masnya silahkan langsung ke ruang kepala sekolah aja" Kata pak satpam.
            "Lagi-lagi" .
            Akupun langsung masuk ke ruang kepala sekolah dan bertemu langsung pada bapak kepala sekolah. Ya, untuk pertama kali namaku masuk dalam catatan hitam. Setelah itu aku langsung ke kelasku dan kebetulan lagi ga ada guru yang masuk ke kelas,
             "Syukurlah" Ucapku dalam hati.
            Akupun langsung masuk ke kelas dan menuju ke tempat dudukku. Dari kejauhan aku melihat ada seorang perempuan duduk di bangku sebelah tempat dudukku yang kebetulan memang biasanya kosong. Aku langsung duduk dan, "Win, ini cewek anak baru ya?" Tanyaku pada sahabatku yang bernama Edwin.
            "Iya Jun, anak baru, bening coy" Ucap Edwin.
            Kebetulan cewek ini sedang tertunduk dan tangannya menutupi wajahnya. Tak lama kemudian, cewek ini terbangun dan berbalik ke arahku dan tersenyum, "Hei" .  Sapanya dengan senyuman.
            "Loh, ini kan cewek yang tadi telat sama-sama aku? gila, senyumnya manis banget!" Ucapku dalam hati.
            "H.. heei j... ju.. juga" Balasku tersenyum dan tergagap gagap.
            Untuk pertama kalinya aku melihat senyum yang membuat hatiku meleleh. Tak lama setelah menyapaku, dia kembali tertunduk dan menutupi wajahnya. Saat hari pertama sekelas dengannya aku masih belum berani bicara apa-apa padanya begitupun sebaliknya.
            "Kriiiing, krrriiing"
           
 Bel tanda pulangan telah berbunyi dan akupun langsung membereskan buku-buku pelajaranku dan bergegas pulang dengan sepeda motorku.

            Keesokan harinya...
            "Lagi-lagi hujan" Ucapku kesal. Setelah sarapan akupun langsung mencium tangan kedua orang tuaku,
            "Ma, Pa, aku berangkat sekolah dulu ya."
            "Iya hati-hati ya nak, pakai jas hujannya, hati-hati hujan jalan pasti licin" Ucap mamaku.
            "Iya Ma, aku berangkat dulu ya Assalamu'alaikum.."
            "Wa'alaikum Salam" ...
            Sekitar 30 Menit di perjalanan dan akupun sampai disekolah dan beruntung hari ini aku tidak telat lagi. Setelah memarkir motorku, aku langsung masuk ke kelas, dan kulihat anak baru itu sudah datang lebih dulu.
             Ku duduk disampingnya dan kulihat dia sedang asyik dengan smartphone nya.
            "Lagi-lagi ga ada guru masuk, di liburkan aja kalau kek gini mah." 
            Karena hari ini tidak ada guru yang masuk ke kelas, aku pun memberanikan diri untuk menegur murid baru yang ada disampingku.
            "H.. hei, boleh kenalan?" Ucapku sambil mengacungkan tangan dan sedikit gugup. Dia pun berbalik,
            "Hei juga, iya boleh nama aku Alycia Ferryana, kamu boleh panggil aku Cia kamu?" Balasnya dengan tersenyum dan membalas acungan tanganku.
            "Nama aku Fazlur Rahman, kamu boleh panggil aku Ajun" balasku kembali.
"kriiiing.. kriiing"
           
 
            Bel tanda istirahat berbunyi.
            "Hmm, ke kantin yuk" Ajakku pada Cia dan kuharap dia menerima ajakanku.
            "Yuk" Balasnya menerima ajakanku. Cia lalu berdiri dan langsung menarik tanganku menuju keluar kelas.
            "Eh.. eh.. emang kamu udah tau kantinnya dimana?" Ucapku. Dengan perasaan malu dia menjawab,
            "Hmm, belum sih hehe.."
            "Yaudah yuk sini aku tunjukin."
            Kami berdua pun berjalan menuju kantin,
            "Shit, ini cewe punya tangan kok mulus bener ya? Apa sekarang gua lagi mimpi nih?" Ucapku dalam hati dan kemudian,
            "Plaaaakkk"
           
Ku tampar pipiku dengan keras untuk memastikan ini bukan mimpi, dan ternyata emang nyata karena tamparanku tadi bener-bener sakit.
            "Loh, kamu kok nampar pipi kamu jun?" Tanya Cia padaku.
            "Eng.. engga apa-apa kok tadi ada nyamuk hehe" Balasku. Sesampai dikantin kami memesan makanan,
            "Kamu mau makan apa nih?" Tanyaku pada Cia.
            "Hmm, terserah kamu aja deh, aku ngikut kamu aja hehe" Balasnya yang lagi-lagi dengan senyum indahnya.
            “Emang kalau aku makannya cuman kerupuk pake air kobokan kamu mau makan gitu juga ?” tanya ku dengan canda disertai tawa kecil.
            “Ih kamu ! Yaudah bakso ada gak ?” tanya nya dengan wajah memerah seakan malu.
            "Hmm yaudah, bu, Bakso 2 teh es 2 ya bu, tapi teh saya gausah pake gula" Ucapku pada ibu kantin.
            "Loh, kok ga pake gula Jun? ga manis dong teh kamu jadinya" Balas Cia dengan herannya.             "Teh hambar bakal jadi manis kok, kalau minumnya sambil mandangin senyum kamu hehe.. yuk duduk" Balasku lagi yang kini mencoba merayu Cia. Cia pun hanya tertunduk dan tersenyum malu-malu.
Sambil menunggu makanan datang kami berdua saling bertukar cerita.
            "Hmm Cia, kamu pindah ke sekolah ini karena apa? apa kamu bosan dengan sekolah lama kamu? hehe" Tanyaku.
            "Aku pindah ke sini karena di Jakarta lagi ada masalah Jun, ayah dan ibuku sekarang sudah berpisah dan kini aku ikut ayahku ke Samarinda" Balasnya dan seketika dia meneteskan air mata.             "Ouh gitu, eh eh.. jangan sedih gitu dong cantik, udah ah, dalam rumah tangga udah pasti ada masalah dan mungkin berpisah udah jadi jalan terbaik untuk ayah dan ibumu, kamu jangan sedih lagi ya" Balasku sambil menghapus air matanya dengan tanganku.
            Tak lama kemudian makanan yang kami pesan pun datang,
            "Nah, makanannya udah datang, sekarang kamu makan ya, jangan sedih-sedih lagi" Ucapku pada Cia. Dia hanya membalasku dengan satu senyuman. Setelah selesai makan,
            "Semuanya berapa bu?" Tanyaku pada ibu kantin. "25.000 mas" Balas ibu kantin.
            "Loh, kok kamu bayarin aku juga Jun?" Tanya Cia padaku. "Udah, ga apa-apa kok, yuk balik ke kelas" Balasku. Kami pun berjalan kembali menuju kelas dan mengikuti semua pelajaran hingga tiba waktunya pulang.
            "Cia, kamu pulang sama siapa? bareng aku aja yuk" Ajakku.
            "Hmm, emang ga ngerepotin Jun?" Tanya Cia.
            "Engga kok, rumah kamu dimana?" Balasku bertanya.
            "Rumah aku di perumahan Grand Taman Sari blok -- nomor --" Balasnya.
            "Kita satu blok dong kalau gitu, tapi rumah aku nomor -- hehe, yuk pulang" Balasku kembali.
            Lagi-lagi dia hanya membalasku dengan senyuman. "Diabetes dah ni gua" Ucapku dalam hati.

            Tak lama diperjalanan dan sampai di depan rumah Cia,
            "Makasih ya Jun udah nganterin aku pulang, dan makasih juga untuk hari karena udah nemenin dan bayarin aku makan hehe" Ucapnya tersenyum.
            "Hehe, iya sama-sama, justru aku yang harus bilang makasih sama kamu karena kamu udah mau makan dan pulang bareng aku" Balasku. Dia hanya tersenyum dan berbalik arah untuk masuk kerumahnya. Belum jauh dia melangkah,
            "Oh iya, besok kamu mau aku jemput ga?" Ajakku. Cia kembali berbalik dan berkata "Mau dong hehe, nih nomor hp aku 081*********" 
            "Yaudah kalau gitu aku balik dulu ya" 
            "Iya Jun, hati-hati ya" Balasnya yang lagi-lagi disertai senyum indahnya.
            “Diabetes beneran dah ni gua” Ucapku dalam hati. Setelah sampai dirumah aku langsung mencium tangan kedua orang tua ku dan langsung masuk ke kamarku untuk beristirahat.
Pukul  4 sore aku terbangun, dan kucoba untuk mengirim pesan singkat pada Cia,
            “Hy Cia, ini aku Ajun” . Tak lama setelah aku mengirim sms itu, Cia membalasnya
            “Hy juga Jun

            “Kamu kok senyum mulu sih, kalau aku diabetes kamu mesti tanggung jawab loh ya hehe”
            “Hehe kamu bisa aja Jun”
            “Hmm, sore ini sibuk ga? Ke pantai yuk” Ku coba mengajaknya pergi dan kuharap dia mau.
            Dan balasannya.... “Yuk, kebetulan aku juga lagi ga ngapa-ngapain nih dikamar, kapan?”
            “Sekarang aja yuk, aku jemput kamu ya” .
            “Oke, aku tunggu ya ^^”
Tanpa fikir panjang ku acak-acak lemari pakaian ku, kucari pakaian yang terbaik untuk ku pakai sore hari ini, “Orang ganteng emang selalu beruntung” . Setelah lemari pakaianku hancur ku obrak abrik kutemukan baju yang terbaik menurutku dan langsung kupakai dengan cepat.
Lalu, seperti biasanya aku meminta izin pergi pada kedua orang tuaku. “Ma, pa, aku pergi dulu ya” .
            “Kamu mau kemana nak?” Tanya Mamaku.
            “Biasa lah ma orang ganteng” Balasku dengan wajah percaya diri.
            “Hmm, yaudah hati-hati dijalan, pulangnya jangan kemalaman” Balas Mamaku kembali.
            “Iya ma, gampang itu mah. Assalamu’alaikum”
             “Wa’alaikum Salam” Mama dan Papa menjawab salamku.
Ku melaju dengan sepeda motorku menuju rumah Cia. Sesampai dirumahnya, dia sudah menunggu di depan rumahnya.
            “Udah lama nungguin aku?” Tanyaku.
            “Baru aja kok, yuk berangkat” Balasnya.
            “Kamu ga lupa sesuatu?” Ku coba merayunya.
            “Hah, eng.. engga kok, ga ada yang aku lupa bawa, emang apa yang kurang?” Tanya nya heran.
            “Kalau mau jalan bareng aku kamu mesti bayar” Balasku.
            “Hah, kok bayar?” Tanya nya yang semakin heran.
            “Iya, tapi bayarnya pakai senyuman manis kamu aja, itu udah lebih dari cukup hehe”
            “Ah, kamu bisa aja deh hehe, nih aku kasih senyumku ya..” Sambil tersenyum lebar dia pun mencubit pipiku, aku hanya tersenyum setelah pipiku dicubit olehnya, padahal dalam hati aku sedang berteriak kencang karena bahagia.
            “Yuk berangkat” Ajaknya kembali. Kami berangkat menuju pantai. Saat di perjalanan Cia memelukku dari belakang, ga bisa ku bayangkan gimana perasaan bahagia menghiasi hidupku saat ini.
Sesampainya di pantai, ku ajak Cia untuk duduk dibawah pohon di pinggiran pantai itu,
            “Duduk di situ yuk”
            “Yuk, kayanya disitu pas banget buat kita duduk berdua hehe” Balasnya.
            Tiba di bawah pohon kami duduk bersebelahan lalu dia mengeluarkan makanan dari dalam tasnya.
            “Apa itu yang kamu bawa?” Tanyaku.
            “Emm ini? Ini makanan kesukaan aku, ini roti isi selai kacang hehe, kamu mau?” Balasnya dan menawarkan padaku roti itu.
            Ya, aku sebenarnya sangat alergi dengan kacang dalam bentuk apapun, tapi sungguh aku tidak ingin membuat Cia kecewa karena aku menolak makanan yang dia bawa.
            “Ouh, hmm i... iya aku mau” Balasku.
            “Yaudah, sini aku suapin” Balasnya lagi sambil menyuapkan roti itu padaku.
            “Gimana? Enak ga rotinya?” tanya nya padaku sambil tersenyum.
            “E.. enak kok rotinya, apalagi kamu yang suapin hehe” balasku.
Tak lama setelah menelan roti itu, pandanganku mulai gelap dan kepala ku mulai berkunang-kunang. Tiba-tiba aku terbaring di tanah dan tidak sadarkan diri.
            “Ajun? Jun ! bangun Jun! Kamu kenapa?” Cia berteriak karena heran.
            Aku tidak sepenuhnya pingsan, aku memang tak dapat bergerak dan membuka mataku, tapi aku masih bisa mendengar suara tangisan Cia yang kini membuatku menjadi merasa bersalah karena sudah membuatnya sedih.
            “Maafkan aku Cia” Ucapku dalam hati.
Singkat waktu. Dan akupun terbangun di tempat yang berbeda, ya, sekarang aku sedang berada dirumah sakit. Ku lihat disekelilingku sudah ada keluarga, sahabat-sahabatku dan terutama Cia.
            “Loh, aku dimana? kok aku bisa ada disini?” 
            ”Kamu dirumah sakit nak, kata Cia tadi kamu pingsan waktu dipantai” Balas mamaku.
            “Iya jun, kamu istirahat aja dulu disini, besok kita pasti izin kan kamu kok disekolah” Kata sahabat-sahabatku.
Kulihat Cia sedang menangis tepat disamping tempat aku terbaring. “Kamu kok ga bilang sih sama aku kalau kamu alergi kacang?” Tanya nya dengan nada yang sedikit kesal.
            “Udah, aku ga apa-apa kok, aku suka dengan roti kacang yang tadi kamu kasih ke aku waktu dipantai tadi hehe” Balasku dan mencoba menenangkannya.
            “Tapi kan kamu bisa ngomong Jun sama aku kalau kamu alergi kacang! aku ga bakal kecewa kok kalau kamu nolak pemberian aku!” Balasnya yang kini tangisannya semakin kencang.
            “Udah ah, nih buktinya aku ga apa-apa kan?  Hehe” Balasku kembali.
Waktu berlalu dan kini sudah pukul 23.36, semua keluarga dan sahabat-sahabatku sudah pulang kecuali Cia dan Ibuku.
            “Cia, sekarang kamu pulang ya, besok kan pagi-pagi mesti sekolah” Ucapku pada Cia.
            “Ga Jun, aku gamau ninggalin kamu disini, lagipula kan aku yang udah bikin kamu sakit kaya gini” Balasnya dan kembali meneteskan air mata.
            “Kan aku udah bilang, aku ga apa-apa. Sekarang kamu pulang ya,  besok sepulang sekolah kamu boleh jenguk aku lagi kok disini” Balasku dan kuharap dia ingin mendengarkanku sekarang.             “Yaudah deh, aku pulang dulu ya, maafin aku karena udah bikin kamu kaya gini, dan makasih untuk hari ini karena kamu udah buat aku tersenyum sepanjang hari” Ucapnya dan ... Cia mencium pipiku dan membisikkan sesuatu padaku,
            “Aku sayang kamu Jun, kamu harus cepat sembuh ya”
            Aku hanya membalasnya dengan satu senyuman, dan kemudian dia cium tangan ibuku lalu pergi. Aku tak mampu berkata apa-apa , “Barusan Cia bilang sayang sama aku?” Ucapku dalam hati.
Mungkin sejak saat ini, aku mulai menaruh perasaan lebih padanya, karena sungguh aku ga pernah ngerasain yang namanya cinta dan perasaan ini muncul untuk pertama kalinya dengan Cia.             “Apa ini yang namanya cinta? Ternyata cinta bisa datang begitu aja bahkan dalam keadaan apapun” ..
Keesokan harinya, sahabat-sahabatku datang menjengukku, ada Edwin, Afif, Azmi, Ence, dan Ricky.
            “Kamu gimana Jun? Udah baikan?” Tanya Ricky.
            “Iya Jun, gimana keadaan kamu sekarang? Hari ini kita sparing futsal nih kamu ikutan ga? Hehe” Sambung Afif yang mencoba untuk melawak.
            “Ga lucu Fif, temen lagi sakit gini diajak main futsal, gila aja lu” Balas Azmi.
            “Iya tuh, Afif sok lucu!” Ucap Edwin. Kemudian Ence berteriak .. “Aaaaa Afif aaaaa” .. Pfftt ... emang sahabat-sahabatku ini terobsesi ingin jadi pelawak tapi ga ada yang kesampaian makanya pada gila semua, temen lagi sakit bukannya di bawain apaan kek yang bisa dimakan, eh malah ngelawak ga jelas gini.
            “Oh iya, Cia mana?” Tanyaku. “Cia? Ga tau Jun, tadi juga dia ga ada turun sekolah” Balas Azmi. Seketika muncul tanda tanya besar di benakku, kenapa Cia ga turun sekolah?.
3 Hari berlalu, dan kini aku telah diperbolehkan dokter untuk bisa pulang kerumah, aku pulang dengan dijemput oleh Papaku.
Sesampainya dirumah, kulihat semua keluargaku telah berkumpul diruang tamu untuk menyambut kedatangku.
            “Alhamdulillah Jun kamu udah balik nak” Ucap nenekku dan lalu memelukku.
            “Hehe iya nek, Alhamdulillah” Balasku. Kucoba bertanya pada mamaku tentang keberadaan Cia yang sudah 3 hari ini menghilang tiba-tiba.
            “Ma, selama aku dirumah sakit mama ada liat Cia ga dirumahnya atau disekolah?”
            “Eng.. engga ada kok nak, mama ga pernah ngeliat Cia lagi” balas mamaku. Entah kenapa aku berfikir kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh mamaku, tapi kucoba untuk tetap berfikir positif.
Keesokan harinya, aku kembali bisa sekolah seperti biasanya dan bertemu dengan teman-temanku.
            “Hei lihat! Ajun udah turun sekolah yee” Teriak salah satu temanku.
            “Alhamdulillah Ajun udah sehat, kelas bakal jadi ramai lagi nih karena pelawak kelas udah balik hehe” Sambung temanku yang lainnya.
            “Makasih ya teman-teman udah nyambut kedatanganku dengan perasaan senang” Balasku dengan senyum bahagia.
            Aku memang senang karena bisa kembali bertemu dengan teman-teman dikelasku, tapi tak bisa dipungkiri kalau perasaan sedih dan gelisah ini lebih banyak bersarang dihatiku, apalagi kalau bukan tentang Cia yang selama ini masih belum aku ketahui keberadaannya dan penyebab dia jadi hilang tiba-tiba kaya gini.
Seperti biasa, ku ikuti semua pelajaran hari ini, hingga tiba saatnya ,
            “Kriiiiing...”
            Bel tanda istirahat berbunyi. Semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas menuju kantin kecuali aku dan sahabat-sahabatku.
            “Kalian ga istirahat, aku ga ke kantin dulu ya hari ini, lagi malas” Ucapku pada sahabat-sahabatku.
            “Hmm, kita juga lagi ga pengen ke kantin kok, oh iya Jun kita pengen ngomong sesuatu nih tentang Cia” Balas Edwin.
            “Hah, Cia? Kalian tau sesuatu? Tunjukin aku sekarang Cia ada dimana?!” Tanyaku.
            “Tenang Jun, kita bakal kasih tau kamu yang sebenarnya” Balas Edwin kembali.
Setelah Edwin menjelaskan panjang lebar tentang Cia, dan sekarang aku tau sekarang Cia berada dimana. Ya, Cia sekarang berada di Jakarta dan katanya dia ingin bertemu dengan ibunya. “Kenapa Cia ga bilang ke aku ya kalau dia ingin balik ke Jakarta” Ucapku dalam hati.
Singkat waktu, bel tanda istirahat telah berakhir pun berbunyi “Kriiiing..” Kami pun kembali mengikuti pelajaran hingga selesai.
Hari demi hari berlalu, dan hidupku semakin menjadi sepi karena sosok perempuan yang menghiasi hari-hariku menghilang begitu saja.
Beberapa hari kemudian, aku mendapat kabar dari sahabat-sahabatku kalau besok Cia bakal balik ke Samarinda. Sungguh perasaan senang dan bahagia menghiasiku saat ini. Kuceritakan kabar bahagia ini pada mamaku ,
            “Ma, besok Cia pulang ma hehe” Ucapku pada mamaku dengan perasaan yang kini semakin bahagia.
            “Iya nak, syukurlah kalau gitu, kelihatannya kamu senang banget deh Cia bakal pulang” Balas mamaku.
            “Hehe iya dong ma, aku seneng banget pastinya, yaudah ma aku ke kamar dulu ya” Balasku kembali. Mamaku hanya membalas nya dengan satu senyuman.
Ku masuk kedalam kamarku, ku cari benda berharga milikku yang akan kuberikan pada Cia esok hari untuk menyambut kedatangannya. Dan ya, telah kubulatkan keputusanku untuk memberikan gitar kesayanganku ke Cia, dan kuharap dia suka dengan hadiah ini.


Tak lama setelah itu, hpku berbunyi dan ternyata Edwin menelponku.
            “Halo Jun”
            “Iya Win, kenapa?”
            “Jun, pesawat yang ditumpangi Cia udah selamat sampai di Balikpapan” Hatiku kini menjadi semakin senang setelah mendengar ucapan Edwin barusan.
            “Tapi Jun....”
            “Tapi kenapa Win? Cia ga bisa ke Samarinda sekarang? “ Tanyaku yang sedikit heran.
            “Engga Jun, Mobil yang ditumpangi Cia menuju Samarinda mengalami kecelakaan” Balas Edwin dengan nada yang sedikit lesu.
Perasaanku yang awalnya senang dan sangat bahagia, seketika berubah menjadi sedih dan pastinya aku sangat merasa terpukul.
            “Te.. terus.. Ci.. ci.. cia ada dimana Win” tanyaku dan seketika aku meneteskan airmata.             “Sekarang Cia sedang kritis dirumah sakit ------------- Balikpapan Jun” Balas Edwin.
            Setelah itu langsung kututup telfon dari Edwin dan aku langsung bergegas untuk tidur karena perasaanku saat ini sangat kacau.
            “Aku mesti jenguk Cia besok!” Ucapku dalam hati dan kembali meneteskan air mata.
Keesokan harinya, aku terbangun dan langsung mandi. Selesai mandi aku langsung bergegas pergi ke rumah sakit tempat dimana Cia dirawat.
            “Ma, Pa, aku pergi dulu ya” Ucapku pada kedua orang tuaku. “Kamu mau kemana nak? Kok kayanya buru-buru banget” Balas Mamaku. “Aku ga punya banyak waktu buat ngejelasinnya ma, yaudah aku berangkat dulu ya” Balasku kembali dan kucium tangan kedua orang tuaku.
Emang benar, saking paniknya aku sampai lupa ngasih tau ke mamaku kalau Cia sekarang lagi kritis di rumah sakit. Dengan sepeda motorku, aku melaju menuju Balikpapan.
            Pikiranku hanya tertuju pada satu titik, ya, aku ingin segera bertemu Cia.
            “Tuhan, tolong selamatkan Cia, aku ga ingin dia pergi lebih dulu dariku, aku ga ingin dia pergi dan membawa kembali senyum indahnya ke dalam Surgamu Tuhan” Ucapku dalam hati.
Sekitar 3 setengah jam perjalanan akupun sampai di Balikpapan di rumah sakit tempat Cia terbaring lemah. Aku masuk kedalam dan ku tanya pada suster,
            “Sus, pasien yang  bernama Alycia Ferryana ada di ruang berapa ya?”
            “Ouh, pasien yang bernama Alycia Feryyana ada di ruang Anggrek nomor 16 mas”. Balasnya.             “Ohya, makasih sus” Balasku kembali.
Tanpa fikir panjang aku langsung berlari menuju ruangan yang disebut oleh suster tadi. Dan sesampainya disana... Ya, kutemukan Cia sedang terbaring lemas di dalam sana. Terakhir kali aku bertemu dengannya saat aku dirawat waktu itu, perkataannya yang tak bisa aku lupakan adalah saat dia berkata kalau di sayang padaku.
Aku memberanikan diri untuk masuk kedalam ruangan itu.
            “Assalamu’alaikum” Aku mengucap salam dan kulihat di dalam ada ayah dan ibu nya Cia.
            “Wa’alaikum Salam, silahkan masuk” Balas ibunya Cia.
            “Kamu ini siapa ya nak?” Tanya ayahnya Cia.
            “Nama saya Fazlur Rahman pak, saya temen dekatnya Cia” Balasku.
            “Ouh iya, Cia sering cerita ke ibu kok nak tentang kamu hehe, mari duduk” Sambung ibunya Cia.
Di sisi lain aku sempat merasa senang karena kulihat ayah dan ibu nya Cia udah bisa kembali bersatu lagi, tetapi di sisi lainnya...
            “Bu, keadaan Cia sekarang gimana ya?” Tanyaku pada ibunya Cia.
            “Hmm, keadaan Cia sekarang semakin membaik kok nak, tapi..”
            Ibu nya Cia tiba-tiba meneteskan air mata.
            “Tapi kenapa bu?” Tanyaku dengan perasaan penuh heran.
            “Cia, udah ga bisa ngeliat lagi, saat kecelakaan itu kepala Cia terbentur sangat keras dan dari matanya keluar banyak darah, dan kini sekarang dia sudah ga bisa melihat lagi untuk selamanya” Ucap ibunya Cia dan kini tangisnya semakin kencang. Ya, disisi lainnya aku merasa sangat terpukul setelah mendengar perkataan ibunya Cia barusan.
“Ya Tuhan, sertailah Cia selalu dengan keselamatan. Tuhan, aku percaya, cobaan yang Engkau berikan ini tidak akan melebihi batas kemampuan hamba-Mu. Aku yakin Cia mampu melewati ini semua dengan kepala tegap” Ucapku dalam hati dan meneteskan air mata yang cukup banyak.
Seketika hatiku terketuk.. “Aku cinta pada Cia, aku ingin ngasih sesuatu yang spesial buat dia” Ucapku dalam hati. Gitar yang ingin kuberikan kemarin itu memang satu-satunya barang yang paling berharga buatku dan ingin kuberikan pada Cia. Tetapi.. “Mungkin mataku ini lebih berharga untuknya” ...
            Ya, aku bertekad untuk mendonorkan mataku pada Cia, karena aku ga ingin hari-harinya dipenuhi dengan kegelapan, dan kuharap pemberianku ini bisa membuat orang yang ku cintai ini bahagia atas pemberianku.
Tekadku sudah bulat untuk mendonorkan mata ini dan aku memberanikan diri untuk menelpon dan meminta izin pada kedua orang tuaku.
            “Ma, Pa, sebelumnya maafin aku. Mulai sekarang aku ga akan bisa ngeliat wajah mama dan papa lagi secara langsung, sebentar lagi aku ga akan bisa ngeliat dunia ini lagi. Maafin aku ma, pa, ini sudah jadi keputusanku untuk orang yang sangat aku cintai” Ucapku sambil menangis dengan cukup kencang.
            Orang tuaku tak berbicara apapun padaku dan ku anggap mereka menyetujui keputusanku.            Setelah meminta izin dengan kedua orang tuaku, aku berbicara dengan kedua orang tua Cia.
            “Pak, Bu, saya bakal buat penglihatan Cia kembali seperti semula!” Ucapku dengan nada yang mantap.
            “Emang gimana caranya nak?” Tanya ibunya Cia heran.
            “Aku bakal ngasih mata dan penglihatan yang selama ini kupakai bu, mata ini bakal aku kasih ke Cia agar dia bisa kembali melihat indahnya dunia” Balasku kembali yang semakin mantap.
            “T..tapi nak, K.. Ka.. kamu sama sekali ga perlu ngelakuin hal ini” Balas ibunya Cia terkejut.             “Saya udah yakin bu untuk memberikan sesuatu berharga yang saya miliki untuk seseorang yang jauh lebih berharga dari apapun”
            Ibunya Cia terharu dengan keputusanku ini
            “Terima kasih nak, karena kamu udah segini pedulinya dengan Cia” Ucap ibunya Cia sambil memelukku.
            “Iya bu, ini bukti kalau saya sayang pada Cia” Balasku.
Sebelum proses operasi melepas kedua bola mataku dimulai, aku menulis sebuah surat untuk Cia yang kuharap saat dia terbangun nanti, dia bisa membaca surat ini.
Operasi pun dimulai. Awalnya aku diberi obat bius dan perlahan pandanganku mulai gelap karena obat bius sudah berjalan di tubuhku.
            “Selamat tinggal dunia yang indah, setelah ini aku hanya akan bisa melihatmu melalui mimpi indah dalam tidurku” Ucapku dalam hati perlahan sebelum aku benar-benar tak sadarkan diri lagi.
4 jam berlalu dan.. Operasi berhasil, namun aku belum sadarkan diri. Operasi berlanjut dan kini pemasangan kedua bola mataku pada Cia juga sekitar 4 jam proses operasi berlalu dan berhasil.
Keesokan harinya, aku terbangun namun sekarang yang jelas aku sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi karena sekarang aku hanya menggunakan mata palsu yang telah dokter buat khusus untukku. Akan tetapi  aku tetap bersyukur karena semua berjalan sesuai harapanku.
Tak lama setelah aku sadarkan diri, akupun mendengar kabar kalau Cia kini juga sudah terbangun dari istirahat panjangnya.
            “Huaaahhh, dimana aku bu? Kok aku ada disini?” Ucap Cia sambil menguap seolah tak pernah terjadi apa-apa padanya.
            “Kamu sekarang lagi dirumah sakit nak, kamu ga ingat kalau kamu habis kecelakaan dan terluka parah?” Balas ibunya.
            “Hah,? ibu jangan becanda ah!, ga lucu tau haha..” Balasnya kembali dengan tawa yang sangat nyaring. “Ntar kamu bakal tau sendiri apa yang sebenarnya udah terjadi nak” Balas ibunya dan tersenyum.
Cia semakin heran dengan perkataan ibunya karena memang benar dia tidak mengingat apapun sebab benturan yang sangat keras pada waktu itu. Tiba-tiba..
            “Ajun? Ajun mana bu?! Bu, Ajun ada dimana?!!” Teriak Cia yang mulai panik mencariku.             “Coba kamu buka surat yang ada di atas meja itu” Balas ibunya dan kini kembali tersenyum.             Dengan tanda tanya besar dikepalanya Cia membuka surat itu dan ternyata itu surat dariku.
“Hai cantik, kamu udah bangun ya? Gimana keadaan kamu sekarang, udah baikan belum? Hehe..
            Hmm ohya, tolong jaga mata aku baik-baik ya, gunakan mata itu sebaik mungkin, jaga mata itu untuk aku.
            Sebelumnya aku minta maaf karena mulai dari sekarang aku udah ga bisa ngeliat kamu tersenyum indah lagi dengan menggunakan mata kepalaku sendiri, tapi paling ngga aku bisa nikmatin senyum indah kamu di setiap mimpi dalam tidurku...
            Aku gak kecewa, tapi aku cuman takut gak bisa melihat indahnya dunia ini. Pejamkan matamu dan tersenyum lah, biar aku tau kalau kamu sedang tersenyum saat itu...
            Aku sangat mencintai kamu dan kulakukan semua ini sebagai bukti cintaku padamu
.”
Setelah membaca surat itu, Cia langsung mengerti isi surat itu dan menangis sekencang-kencangnya.
             “Kenapa kamu lakuin ini Jun? Kenapa kamu selalu rela ngelakuin apapun demi aku? Aku tau kamu sayang dan cinta sama aku. Begitupun aku, aku juga sayang dan sangat cinta sama kamu! Tapi kan kamu ga harus ngorbanin mata kamu buat aku! Kenapa kamu lakuin ini Jun? KENAPA ?!!!” ..
Muncul seseorang dari pintu masuk ruangan. Ya, itu aku yang berjalan dari ruangan tempat aku dirawat dengan bantuan suster aku berjalan keruangan ini, dan kubalas teriakan Cia tadi dengan perlahan aku mulai berbisik padanya dalam pelukkan hangatku...
Aku Hanya Ingin Membuatmu Tersenyum”.



BERSAMBUNG


4 komentar:

  1. Keren ceritanya kak. Good job ^-^

    BalasHapus
  2. aan tullap anak samaarinda29 September 2014 pukul 08.28

    keren wal cerita.a udah buat q sedih
    cerita.a udah buat masalalu q teringat lagi wal
    siiiipppp.... oke q tnggu kelanjutan.a po

    BalasHapus
  3. okey thanks. ditunggu ya part 2 nya ^-^

    BalasHapus

Kritik dan Saran.