FanFict by : @AzmiRivany1
Inspired by : cindigulla0
Malam ini tak ada yang berbeda dengan malam
– malam sebelumnya, seperti biasa hanya sepi dan penat yang menemani. Sejenak
aku tinggalkan pena dan buku yang tergeletak diatas sebuah meja. Aku keluar
dari kamar menuju pelataran balkon rumah, dan duduk termenung serta ditemani
oleh sebuah gitar pemberian kakakku. Hanya gitar itulah yang menemaniku saat
itu. Kebetulan malam itu cukup cerah sehingga tidak menurunkan hujan, langit
malam seolah menjadi berwarna dengan taburan bintang serta bulan diatasnya,
angin yang berhembus sedikit menusuk tulangku. Kumainkan gitar yang saat itu
ada digenggamanku dan mulai mengalunkan lagu – lagu lama yang biasa aku
mainkan.
Setelah beberapa lama bermain gitar dibawah
cerahnya sinar bulan malam itu, tiba – tiba ibu ku memanggil.
“ dek... belajarnya udah belum?” kata ibu ku.
“iya mah ...” tandasku dengan sedikit
ngeles
“yaudah, cepat tidur kalau gitu, besok
sekolah !” seru
ibu ku
“iya ...” sahut ku sambil kembali
ke kamar.
Aku pun segera kembali menuju tempat tidur,
setelah itu ku matikan lampu yang saat itu menerangi kamarku dan mulai
mendengarkan alunan lagu dari sebuah telepon genggam menggunakan eraphone,
karena memang aku tidak bisa tidur tanpa musik yang menemani.
Hari demi hari berlalu
tanpa arti, hingga akhirnya aku pun mulai mendekati UKK untuk menentukan naik
tidaknya aku ke kelas XI. Tiba saatnya UKK pun dimulai dan berjalan selama 1 minggu,
setelah itu ku selesaikan semua tunggakan tugas yang belum terselesai, dan
akhirnya akupun naik kelas dan masuk kedalam jurusan IPA yang memang terkenal
hebat dan banyak diidam-idamkan para siswa pada saat itu.
Tak kusangka, aku seorang Azmi si anak yang sedikit pemalas ini akhirnya
masuk kedalam jurusan yang diidam-idamkan banyak siswa termasuk diriku sendiri.
Setelah naik kelas dan otomatis banyak murid baru kelas X yang bersekolah di
sekolahku saat ini. Karena memang saat itu aku terlibat aktif dalam sebuah
organisasi bernama KIR, jadi aku pun harus bersosialisasi terhadap adik kelas
ku untuk mempromosikan organisasi yang aku ikuti ini, aku sebagai wakil ketua
organisasi bersama ketua organisasi Prily yang kebetulan teman sekalsku mulai
bersosialisasi ke setiap kelas dan hasilnya pun lumayan, kami mendapatkan
banyak siswa yang berminat mengikuti KIR, dan setelah itu kami pun mengadakan
semacam kumpulan untuk memperkenalkan anggota dan organisasi kami dan juga
anggota baru yang akan bergabung tentunya.
Diantara puluhan anggota baru ada seorang
perempuan yang membuat diriku terpaku saat melihatnya mempernalkan dirinya.
“Hai... nama saya Cindy Christina Gulla,
saya berasal dari kelas X4,
motivasi saya mengikuti organisasi ini karena saya tertarik dan ingin
mengenal lebih dalam organisasi Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) ini. Terimakasih” katanya.
Aku pun tersadar bahwa selama ia berdiri
didepan aku tidak bergerak dan hanya melongo melihatnya. Dan dia pun kembali ke tempat duduknya seraya
melemparkan senyum kearah ku dan aku hanya bisa membalas senyuman manisnya itu
dengan sebuah tatapan kosong.
Setelah beberapa hari menjalankan organisasi bersama akupun mulai dekat dengan
Cindy, bercanda, bercengkrama bersama, bahkan saling bertukar nomor telpon. Dua
minggu kemudian sekolah mengadakan acara pelantikan bagi anggota baru seluruh
organisasi disekolah ku dengan mengadakan camping didaerah sejuk daerah puncak. Ketika hari sudah mendekati pelaksanaan
pelantikan Cindy pun mengirim sms kepadaku untuk menanyakan barang apa saja
yang harus ia, aku pun membalas smsnya dan memberitahukan semuanya diikuti
dengan kata-kata nyeleneh yaitu,
“ .... untuk info lebih lengkapnya silahkan
saja datang kerumah :D “ balas sms ku.
Dan sekitar setengah jam kemudian ibu ku
berkata.
“ dek ... itu diluar ada seseorang nyari
kamu, penting katanya
"siapa mah?”
“gak tahu, mamah suruh masuk dianya gak
mau.”
“oh... iya”
Aku pun keluar untuk menghampiri orang itu
dengan mengenakan pakaian seadanya untuk bersantai aku pun menghampirinya. Dan
tak kusangkan ternyata orang itu adalah Cindy yang sedang duduk manis seraya
pandangannya sayu menatap kedepan rumah. Dia terlihat sangat cantik dengan Twin
Tailnya. Aku pun menyapanya dengan sedikit bingung.
“Hai kak ...” balasnya.
“euuu.. kamu kok kesini, ada apa?” tanyaku kebingungan dan
sedikit tidak pede.
“iya ini mau nanyain perlengkapan buat
pelantikan itu.”
“lhoo.. tapi kan tadi aku udah kasih tahu”
“iyakan katanya kalo mau lengkap datang aja
kerumah”
"o..o... aduh. Aku tuh tadi Cuma
bercanda aja cindy” kataku dengan sedikit tertawa kecil.
"yah... gimana dong. Kirain tuh
beneran.” Katanya
dengan sedikit cemberut.
“oyaudah masuk aja dulu yuk...!”
"nggk kak, disini aja enak banyak
angin”
“oke kalau gitu, aku buatin minuman dulu
yah”
“iyah...” katanya dengan tersnyum
manis.
Aku pun ke dalam untuk membuatkan minuman
untuknya.
“ini Cin..”
“makasih kak” Cindy pun langsung
meminumnya.
“gimana enak? Itu buatan aku loh.”
“enak kak seger, apalagi sedang panas gini”
“hehe, tapi kok perasaan punyaku terlalu
manis deh minumannya, kenapa yah?”
“kenapa emangnya?”
“gak tahu nih, kenapa yah? Oh mungkin aku
minumnya sambil memandang kamu kali yah, jadi tambah manis deh bahkan kemanisan
nih...”
“ihh apa sii....” katanya sambil menpuk
tangan ku seraya wajahnya memerah.
“hahaha.... abisnya kamu manis banget sih kayak
gulla jawa, udah dong kamu litanya jangan kearah sini, kesana aja. Nanti
bisa-bisa aku Diabetes loh, gara-gara kamu”
“biarain aja, biar gak gombal-gombal lagi deh
situnya…”
“ihh… jahat nya kamu mah, hahaha”
Tak terasa waktupun berjalan cepat dan kami
hanya mengobrol dan bercanda saja serta melupakan tujuan utamnya datang kesini.
Dan akupun melihat kearah Cindy bahwa dia sedikit berkeringat didaerah
pelipisnya, aku pun dengan spontan mengambil tisue serta mengusapkannya ke
pelipisnya.
“upss... sorry Cin, kalo aku sedkit
lancang.” Jelas
ku dengan gugup.
“gpp kak” balasnya sambil termenung.
“oh iya, tadi kamu kesini sama siapa?”
"dianterin sama supir papahku”
“terus sekarang dimana? Mau jemput kamu gak
katanya?”
“gak tahu nih, katanya lagi nganterin papah
ngurusin kerjaannya”
“oyaudah, aku anterin kamu pulan aja yah?
Lagian ini juga udah mau sore”
“yaudah kalo gitu. Makasih sebelumnya.”
“siip, tungguin yah, aku ganti baju dulu”
“iya…”
Aku pun mengantarkannya pulang dengan sepeda
motorku. Setelah dalam perjalanan aku dan cindy tidak berhenti mengobrol dan
aku pun tidak memacu motor ku dengan cepat hanya sekedar untuk mendapatkan
waktu lebih lama bersamanya.
Tak lama kemudian kami pun sampai dirumahnya.
“udah sampai nih Cin…”
“oiyah… makasih yah kak udah dianterin”
“iya sama-sama, yaudah aku pulang yah”
“iya, hati-hati yah kak” katanya dengan tersenyum. Aku pun hanya
bisa membalas senyum manisnya itu dengan senyum juga.
“daaahhh….” Katanya sambil melambaikan tangan.
Sekali lagi aku hanya bisa tersenyum.
Keesokan
harinya
Sampailah pada hari acara pelantikan itu, hari
pertama kami isi dengan membereskan dan mempersiapkan tenda untuk kami
beristirahat tentunya tendanya dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Hari
kedua diisi dengan sejumlah game dan kegiatan lainnya. Sedangkan hari ketiga
sedikit lebih santai, dan ternyata pada malam harinya dilapangan dekat api
unggun panitia mengadakan acara dadakan yaitu “ Pentas Seni” dan mewajibkan
setiap Oraganisasi untuk menampilkan sebuah hiburan. Kami pun sempat
kebingungan harus menampilkan apa. Dan tak lama kemudian aku melihat sebuah
gitar, dan terpikir dalam benak ku untuk memanfaatkanya dan karena memang aku
bisa bermain gitar dan Cindy pandai bernyanyi, kami pun berniat untuk
menampilkan sebuah lagu saja.
Setelah acara dimulai banyak peserta-peserta
dari organisasi lain menampilkan kreasi-kreasinya dengan bagus-bagus, aku dan
Cindy pun sempat merasa minder, untung ada ketua kami Prily yang menyemangati
kami berdua. Tiba saatnya kami berdua tampil, dan mengalunkan lagu dari JKT48
yang berjudul “NAGAI HIKARI” kami berdua bernyanyi duet dan tidak sedikit dari
orang-orang yang ikut bernyanyi, karena memang keindahan langunya dengan
didukung suasana saat itu serta keindahan suara Cindy yang bernyanyi pada saat
itu. Setelah itu tiba saatnya pengumuman pemenanganya. Kami tidak berharap
banyak atas apa yang kami tampilkan, tapi ternyata kamilah juara pertamanya
pada saat itu dengan diiringi tepuk tangan kamipun merasa senang atas
penghargaan itu.
Setelah itu acara sedikit santai dan tidak ada acara lain yang harus
dilakukan, banyak orang-orang yang hanya berkeliaran diluar tenda sekedar untuk
bermain-main saja ataupun tidak sedikit juga orang-orang yang pacaran sambil
menikmati indahnya malam itu. Berbeda dengan diriku yang hanya duduk sambil
menikmati secangkir susu cokelat. Tiba-tiba teman ku Deden memberitahu ku
sesuatu.
“Mi, kok loe diem disini aja …”
"kenapa emangnya ?”
"Gerak dong, liat tuh orang-orang pada
pacaran masa loe mau diem aja…” katanya sambil memanasiku.
“ya trus mau gimana lagi?”
“ahh… loe gimana sih, loe liat tuh seseorang
lagi diem aja disitu” sambil menunjuk kearah Cindy yang sedang duduk termenung seraya
menikmati pemandangan dibawah.
“itu kan Cindy…”
“yailah, emangnya siapa lagi? Udah cepet
samperin sana…!”
“yaudahlah okeh…”
Aku pun menghampirinya dengan membawa 2 gelas
cangkir berisi susu cokelat.
“hai Cindy…”
“hai …” balasnya sambil tersenyum
“kamu lagi ngapain? Kok sendirian aja?”
“lagi iseng aja kak diem, sambil liatin
pemandangan kota.”
“aku duduk disini yah…”
"iya duduk aja”
"oiya nih, aku buatin kamu susu cokelat,
diminum mumpung masih hangat enak malem-malem gini mah”
“makasih yah kak”
“sama-sama. Oiyah Cindy, kamu manggilnya jangan
kakaklah panggil Azmi aja udah…”
"kenapa emangnya kak?”
“gak kenapa-napa sih, Cuma biar lebih akrab
aja”
“oyaudah kak, ehh…Azmi. Hehe” katanya
sambil tertawa kecil.
Aku hanya tersenyum.
“hmmm… malamnya indah yah, seindah suara kamu
tadi loh Cin”
“hehehe…”
“gak nyangka yah, tadi kita yang juaranya….”
“itu semua kan berkat kamu Mi, kamu main
gitarnya bagus.”
"nggk ah, yang nyanyinya yang bagus mah”
“nggk, kamu …”
“kamu…”
“kamu tau…”
“kamu…”
"kamuuuu” kata kami saling berbalas.
“yaudah aku… hehe” tandas ku
“hehe…” balasnya.
Semilir angin malam yang berhembus pada saat
itu melayangkan perasaan resah dan risau yang mengerutu dalam dada. Kumpulan
bintang – bintang yang bergelantungan menambahkan sempurnanya cahaya sang
rembulan dimalam yang indah itu.
“kamu liat deh kumpulan bintang-bintang itu.
Apa yang kamu bisa dapatkan darinya…?”
“mmm… indah, cantik, bercahaya dan selalu
ceria…” balasnya
“yah, betul. Bagaimanapun juga bintang tidak
akan indah bila dia hanya seorang diri di langit sana, begitu juga kehidupan
kita. Tidak akan berwarna bila tidak ada perubahan”
“mmm….” Tandasnya
“dan bintang juga tidak akan indah
bila tidak ada sesuatu yang selalu melindungi dan memberikannya cahaya berharga
dalam kehidupannya, yaitu sang rembulan yang selalu mengasihi dan melindungi
bintang-bintang bagaikan kasih sayang sorang ibu terhadap anaknya. Setiap malam
dia selalu memberikan sepercik cahaya berharga dalam kehidupan sang bintang
sehingga ia dapat bersinar dengan cerahnya dan menciptakan cahaya abadi yang indah
untuk menerangi manusia dalam gelapnya malam menjadi suatu malam yang indah dan
takterlupakan, seperti saat ini…”
Dia hanya tersenyum kagum. Aku pun seolah
tidak bisa berkata apapun lagi dan hanya memandang salah satu dari ratusan
bintang-bintang di langit. Tiba –tiba Deden dan Prily di belakang
menyanyikan sebuah lagu dengan lantangnya diiringi dengan candaan.
“Kemesraan iniiiii, janganlah cepat
berlalu….” Katanya
dengan nada yang semraut, sambil tertawa mereka seolah menyindir kami berdua.
“apaan sihh…” balasku sambil melemparkan cangkir kosong
kearah mereka.
Mereka pun tertawa dan berlalu pergi.
"aduuuhh… parah tuh orang
berdua.” Kataku
“hehe…” balas cindy
Malam pun semakin larut dan angin yang
berhembus semakin terasa menusuk tulang.
Aku melihat kearah Cindy bahwa dia sedikit
menggigil. Seketika akupun melepaskan sweater dan memakaikan ketubuhnya.
Dia hanya tersenyum sambil
menunduk. Setelah beberapa jam bersama, akhirnya kakak kelas yang sebagai
panitia menyuruh semua siswa kembali ke tenda masing-masing. Kami pun kembali
dan ketika akan berpisah Cindy memanggil.
“Miii….” Sapa Cindy sambil menunjukan sweater yang ia
kenakan.
"oh, iya…” balasku
“makasih yah udah nemenin aku tadi” katanya
“hehe sama-sama, yaudah aku ke tenda yah.”
“iya…”
Dan ketika Cindy akan masuk ketenda aku
memanggilnya.
"Cindy…”
“iya?”
“Selamat Malam”
Dia hanya tersenyum.
Setelah hari itu kami jalani hari seperti
biasa, kami tetap saling berkomunikasi bahkan tidak jarang aku menjemputnya
untuk berangkat sekolah ataupun pulang bersama. Dan kami juga sering mendatangi
tempat dimana kami berbicara panjang pada suatu malam, yaitu tempat pelantikan
itu.
Hari – hari ku menjadi semakin berwarna dan berharga untuk aku perjuangkan
kedepannya. Hari ini tepat tanggal 29 Mei 2014. hari dimana
Cindy berulang tahun yang ke-16. Di sekolah dia telihat sangat ceria, rona
bahagia terpancar dari wajahnya. Kamipun memberikan kejutan ulang tahun
kepadanya dengan membuatkan Cake dan 1000 Bangu Kertas Harapan untuknya
yang dibuat oleh anak-anak KIR. Aku pun memberikannya sesuatu yang memang tidak
ada harganya, yaitu sebuah lukisan yang menggambarkan dua orang yang sedang
bersama disebuah tempat pada suatu malam. Cindy pun sangan menyukainya.
Setelah itu aku mengantarkannya pulang
sekolah. Beberapa jam kemudian cindy mengajakku untuk ketempat yang biasa kita
kunjungi, akupun menyetujuinya. Dalam hati aku berkata.
"tumben nih Cindy ngajak aku ke tempat
itu, biasanya aku yang ngajak.” Kata ku sumringah.
Aku segera bergegas dan berangkat kerumah
cindy untuk menjemputnya. Dan tak lama aku sampai dirumahnya dia sudah siap
untuk berangkat.
"Ayo bos… sudah siap? Ayo berangkat”
kata ku
Dia tidak merespon kata-kataku. Sepanjang
perjalanan pun dia tidak berbicara seolah ada hal yang ingin ia ungkapkan tapi
sulit untuk dia ucapkan.
Aku pun belum berani bertanya ada apa
dengannya, karena memang tidak seperti biasanya cindy sedikit murung.
Sesampainya ditempat itu aku langsung bertanya
padanya.
“ Cindy, kamu kok gak kayak biasanya, ada
apa?” kata ku sambil sedkit bercanda.
Dia pun tidak merespon dan hanya termenung.
“hey… kenapa sih?” tanyaku kebingungan.
“kita duduk aja dulu Mi..” balasnya
“yaa…yaudah.”
Kamipun duduk dan dia mulai menceritakan hal
yang menjadi pikirannya sejak dari tadi.
“ mi, maafin aku. Ini mungkin terakhir kalinya
kita jalan bareng.”
“loh… kenapa?” kataku sambil tertawa tidak
percaya.
“besok aku pindah ke jepang. Aku akan tinggal
disana, tadi papahku bilang bahwa kita harus tinggal di Jepang, karena papahku
dipindahtugaskan untuk kerja dijepang.” Jelasnya
Aku pun tertegun dan sangat terpukul mendengar
penjelasnnya. Cindy pun mulai meneteskan air matanya yang sangat berharga itu.
Aku hanya tertunduk lesu seraya mataku berkaca-kaca.
“maafin aku mi… makasih selama ini sudah
menemani aku. Maafin aku buat segalanya.
AKU BUKAN MALAIKAT.” Katanya sambil menangis.
Aku pun memegang kedua tangannya seraya
menghapus air mata yang mengalir di pipinya dan berkata.
“ kamu gak perlu nangis yah, air matamu
terlalu berharga untuk menetes, aku gak papa kok, makasih untuk semuanya, telah
membuat hidupku berwarna, aku gak akan melupakan semuanya. Gapailah
cita- citamu disana, teruslah bersinar secerah
bintang-bintang yang kita bicarakan pada saat itu, Selamat Ulang Tahun
Cindy Christina Gulla.” Seraya air mata ku mulai menetes.
Meskipun kusadari tak mungkin memeluknya, saat
dia isyaratkan bahwa dirinya kan pergi.
"ijinkan aku mengantarkanmu
pulang untuk terakhirkalinya …” pintaku
Seiiring dengan keringnya air mata, kami pun
pulang dan dia memelukku erat seraya bersandar dipunggung ku dibagian belakang
sepeda motor.
Tak lama kemudian sampailah kami dirumahnya.
Aku pun pamit kepadanya untuk pulang. Tatap matanya untuk yang terakhir siksa
batinku yang mencintainya.
Dari Cindy lah aku mendapatkan banyak
pelajaran berharga dalam hidup,
"Kadang kita tidak sehebat apa yang kita
kira, dan ada betulnya juga apa yang orang-orang bilang bahwa cinta itu tidak
harus memiliki, dan kita juga tidak perlu tahu orang lain butuh kita atau
tidak, tapi yang terpenting kita ada untuk mereka."
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan Saran.