Fanfict

Papan Penanda Isi Hati






 FanFict by : @MhmmdEdwin
Inspired by : @H_NinaJKT48

Alarm berisik membangunkan Ajun dipagi hari saat dimana dirinya sedang tertidur pulas dan menikmati mimpi indah yang ia bayangkan dialam bawah sadarnya, mimpi dimana ia merasakan bahwa sebentar lagi ia akan bertemu dengan seseorang yang spesial.
            Pagi itu, dimulai saat ia telah bergegas menuju sekolah. Sekolah yang jaraknya lumayan jauh dan harus memaksanya untuk bangun pagi-pagi sekali agar tak terlambat untuk menuju sekolah. Dengan menggunakan sepeda motor kesayangannya, Ajun pun menuju sekolah dipagi buta itu saat jalanan masih teramat sepi.
            Sesampainya disekolah, tatapan Ajun menuju pada seorang wanita seumurannya yang berdiri didampingi oleh orang tuanya didepan ruang kepala sekolah. Terlihat wanita itu mengenakan pakaian yang beda dengan siswa-siswi disekolahnya, sedangkan orang tuanya sedang berbicara dengan salah satu guru disekolah.
            “Siapa tuh ?” gumam Ajun dalam hati yang membuat langkahnya seketika berhenti saat berdiri didepan gerbang sekolah.
            “Ada apa, mas ?” tegur satpam sekolah menghampiri Ajun.
            “Eh gak apa kok, Pak. Ngomong-ngomong, itu murid baru ya, Pak ?” tanya Ajun.
            “Iya, Mas. Kemarin orang tuanya kesini mengurus surat pindah sekolah, jadi kemungkinan hari ini anaknya yang itu sudah aktif bersekolah disini, Mas...” terang satpam itu pada Ajun.
            “Oh gitu ya. Yaudah saya masuk ke kelas dulu, ya, Pak...” balas Ajun lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.
            Saat dimana Ajun berjalan menuju kelas, seorang guru memanggil Ajun dan memaksa langkahnya kembali berhenti. Ajun menghampiri guru itu seraya menanyakan keperluan apa sampai harus memerlukan dirinya.
            “Ada apa, Buk ?” tanya Ajun.
            “Ada bawa kunci UKS ?” ucap guru itu.
            “Kunci UKS ? Sebentar, Buk...” balasnya sambil merabah saku bajunya.
            “Nah ini, Buk. Memangnya ada keperluan apa, Buk ?” sambung Ajun lalu merapihkan kembali saku bajunya.
            “Enggak, tadi ada murid kelas 1 yang pingsan, sekarang dikelasnya dulu soalnya masih nunggu kamu, kan kunci UKS nya kamu yang bawa. Yaudah makasih ya, nanti kamu ambil lagi kuncinya diruangan saya.” Akhirnya Ajun kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas setelah beberapa hal harus menghentikan langkah itu.
            Mendekati ruang kelas, batin Ajun merasakan ada yang berbeda, tak sama seperti biasanya dimana suasana kelas dari luar pun terasa sangat ramai. Namun pagi itu, terasa dari luar, suasana kelas terasa sunyi, dan Ajun memasuki ruang kelasnya.
            “Assalamualaikum...Maaf Pak saya terlambat...” ucap Ajun lalu menyalim wali kelasnya yang tanpa ia sadari masuk. Ajun bergegas menuju tempat duduknya, tiba-tiba...
            “Ajun sebentar. Sekarang kelas ini kedatangan murid baru, namanya Nina Hamidah, dia duduk disebelah kamu. Sekarang kamu perkenalkan diri kamu karena teman-teman kamu juga melakukan hal yang sama untuk bisa saling mengenal...” balas wali kelas itu pada Ajun. Seketika Ajun memutarkan pandangannya kepalanya menuju tempat duduknya yang biasa ia tempati sendiri dan sekarang sudah ditemani oleh seorang murid baru yang ia lihat didepan ruang kepala sekolah pagi tadi.
            “Dia kan yang tadi...” tanya Ajun dalam hati.
            “Ajun kenapa diam ?” tegur wali kelasnya.
            “Biasa kan Ajun perkenalan pake kertas papan-papanan Pak, hahaha...” sahut salah satu penghuni kelas dan membuat penghuni kelas dan juga wali kelasnya tertawa.
            Malu karna dibuat tingkah temannya, wajah Ajun hanya memerah dan seketika ia mengeluarkan sebuah kertas dari tasnya dan mulai menuliskan sebuah sesuatu.
            “Eh namanya tadi siapa ?” tanya Ajun pada temannya yang duduk dihadapannya.
            “Nina Hamidah...” jawab orang itu.
            Kembali Ajun melanjutkan menulis sesuatu disebuah kertas yang lumayan besar. Saat dimana penghuni kelas menunggu Ajun menulis, Ajun pun mengangkat sebuah kertas besar itu yang kini dihiasi tulisan dan gamabr yang indah. Kertas besar yang bertulis,

“Hay Nina Hamidah, Perkenalkan nama Ku FazlurRahman yang bisa kamu panggil Ajun. Salam kenal ya...”

            Semua penghuni kelas pun mentertawakan tingkah Ajun namun tetap memberikan tepuk tangan untuk usaha salah satu temannya itu. Dari belakang, Nina pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
            Sudah sering Ajun melakukan hal itu, ya selalu membuat tulisan pasa sebuah kertas yang berisi ungkapan hati, atau biasa ia sebut “Papan Penanda Isi Hati” yang selalu mengunkapkan isi hatinya.
            Ajun langsung menuju tempat duduknya. Berdebar kencang hatinya saat duduk bersebelahan dengan seorang murid baru yang memiliki senyum manis dan wajah yang sangat lucu. Saat dimana wali kelas meninggalkan kelas itu, Ajun tetap terdiam seraya malu memulai kembali perkenalan secara langsung dengan murid baru yang kini duduk disebelahnya. Namun dengan raga yang berani, Ajun pun menegur Nina yang sedang membaca sebuah novel...
            “Hay...hm...Se-sekali lagi, perkenalkan na-namaku Faz-faz-fazlurrahman...” ucap Ajun penuh rasa gugup lalu mengacungkan tangannya pada Nina.
            “Hallo aku Nina Hamidah, wah kok gugup gitu ? Hehe...” balas Nina tersenyum dan membalas acungan tangan Ajun
            “Eh gak apa kok hehe. Pindahan dari mana ?” tanya Ajun mencoba mengakrabkan suasana.
            “Aku pindahan dari surabaya hehe...”
            Perkenalan pun berlanjut sampai ada tawa kecil terselipkan disela percakapan mereka, seakan ada suasana nyaman yang dirasakan Ajun dan juga Nina diawal perkenalan mereka berdua.
            Saat dimana bel istirahat berbunyi, Ajun mencoba menawarkan Nina untuk lebih kenal dengan sekolah dan lingkungan disekitar sekolah itu.
            “Nin, kita keliling sekolah yuk, hm kalau boleh izinin aku buat kenalkan sekolah ini ke kamu hehe...” ucap Ajun.
            “Wah boleh juga tuh, yuk !” balas Nina lalu berdiri dan melipat kembali buku novel yang tadi ia baca.
            Ajun dan Nina keluar kelas. Perlahan Ajun memperkenalkan sekolah itu kepada Nina,
            “Nah itu ruang OSIS, Nin. Kalau yang disana tempat piala-piala sekolah disimpan. Kantin ada dibelakang ruang OSIS. Kelas 1 ada dilantai 2, selain kelas 1 dilantai 2 juga ada ruang UKS...” terang Ajun memberitahu secara detil tentang sekolah itu hingga Nina hanya tersenyum melihat Ajun. Dari tatapan Nina, terlihat ada yang berbeda, seakan ia melihat ada yang beda pada Ajun dari laki-laki yang biasa mungkin sering ia lihat.
            Saat dimana Ajun telah selesai memperkenalkan sekolah itu, Nina menyodorkan sebuah minuman kepada Ajun,
            “Pasti capek, Kan ?” ucap Nina tersenyum lalu memberikan minuman itu pada Ajun.
            “Loh gak apa kok...” balas ajun dengan wajah memerah.
            “Ih kan kamu sudah temanin aku buat kenalin sekolah ini, anggap aja imabalan ya walaupun gak setimapl hehe, sekali lagi makasih ya, Ajun...” sambung Nina  tersenyum manis kepada Ajun.


            2 Minggu kemudian...


            Kini hubungan Ajun dan Nina semakin dekat walau diantara mereka belum ada yang berani memulai cinta. Hari dimana Ajun sedang duduk didepan kelas sambil merenung, Nina menghampiri Ajun dan menegur Ajun dari belakang...
            “Hay kenapa diam disini ?” tegur Nina mengejutkan Ajun.
            “Eh gak ada apa-apa kok, Nin...” jawab Ajun tersenyum.
            Namun batin Nina merasakan ada hal yang disembunyikan oleh laki-laki yang kini selalu membuat ia tersenyum dan mampu mewarnai harinya dari hari-hari yang sebelumnya.
            “Apa yang kamu sembunyikan dari aku ?” tanya Nina dengan tatapan serius pada Ajun.
            “Tapi Nin...”
            “Udah aku mau kamu cerita...” ucap Nina memaksa Ajun untuk bercerita pada dirinya tentang sebuah hal yang Ajun sembunyikan dari dirinya.
            “Yaudah aku cerita, 2 hari lagi aku mau ke jepang. Aku takut kamu marah kalau aku harus ninggalin kamu, ya walaupun hanya sementara. Tapi aku harus kesana karna ada keperluan keluarga yang gak bisa aku tinggal, Nin. Aku harap kamu ngerti...” balas Ajun yang mulai menceritakan semuanya pada Nina.
            “Kenapa takut untuk kamu ceritakan ? Enggak apa kok, semua orang pasti punya kesibukan yang mungkin gak bisa dia tinggalkan. Ada yang mau aku tanyakan ke kamu, tapi aku gak minta kamu jawab sekarang. Tunggu sebentar ya...” ucap Nina masuk ke dalam kelas lalu kembali keluar menghampiri Ajun dengan sebuah papan yang Nina sembunyikan dibalik badannya.
            “Kamu bawa apaan tuh ?” tanya Ajun.
            “Ini dia !” ucap Nina lalu mempelihatkan papan bertulis isi ungkapan hati Nina pada Ajun. Sebuah ungkapan bertuliskan,

“Lagi jatuh cinta sama teman sekelas yang baru dikenal dalam waktu 2 minggu. Hm kira-kira dia juga merasakan hal yang sama gak yah ?”

            Sebuah ungkapan yang hanya mampu membuat Ajun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
            “Harus aku jawab nih ? Aku jawab dipantai aja ya. Nanti kamu ke pantai Ancol aja tepat saat matahari hampir terbenam, ada sebuah papan bertuliskan ungkapan hati juga yang mau aku liatkan ke kamu, gimana ?” tawar Ajun pada Nina untuk menemuinya dipantai saat matahari hampir terbenam.
            “Okeee !!!” balas Nina lalu mencubit pipi Ajun lalu lari menuju kelas.
            Ajun hanya memegang pipi dimana Nina tadi mencubitnya. Ia tau bahwa orang yang selama ini ia suka pun merasakan hal yang sama akan perasaannya.


            Sore hari saat dimana mentari hampir terbenam, Nina menunggu Ajun ditepi pantai seraya menatapi mentari yang hampir terbenam itu. Seakan menunggu jawaban akan perasaan yang ia juga kaget mengapa bisa datang kepada seseorang yang baru ia kenal.
            Masih tetap menunggu Ajun, tak berapa lama teguran seorang pria mengaggetkan Nina, namun ia hapal akan suara itu. Ya, suara Ajun.
            “Hay, sudah lama ya ? Maaf sudah buat nunggu lebih lama hehe...” ucap Ajun dari belakang Nina. Nampak ia sengaja mengulur waktu lebih lama untuk memberikan kejutan kepada Nina, lewat sebuah papan penanda isi hati yang ia sembunyikan dibelakangnya.
            “Hm gak apa kok, Jun. Oh iya kalau boleh tau, tulisan dipapan penanda isi hati kamu itu, apa ?” tanya Nina dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Ajun tak kuasa berdebar dengan kencang.
            “Ini...” balas  Ajun lalu memperlihatkan Nina sebuah tulisan yang ada dipapan itu. Sebuah papan yang bertuliskan...

“Lagi jatuh cinta sama teman sekelas yang baru dikenal dalam waktu 2 minggu. Hm kira-kira dia juga merasakan hal yang sama gak yah ?”

            Sebuah tulisan yang sama persis ditulis Nina dalam papan penanda isi hatinya yang ia buat untuk Ajun pagi tadi disekolah. Nina hanya mampu tersenyum seakan ia sudah mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan yang ia minta.
            “Sudah ku jawab, kan ?” ucap Ajun tersenyum pada Nina dan Nina hanya tersenyum malu. Lalu tiba-tiba Nina menyimbur Ajun dengan air yang membuat mereka kejar-kejaran disebuah pantai kala sang mentari hampir saja terbenam.
            Ajun memeluk Nina dari belakang. Seketika Nina berhenti berlari dan memegang kedua tangan Ajun yang kini telah memeluk dirinya dengan hangat. Dirinya merasakan tenang akan pelukan Ajun, dan juga mungkin merasakan bahwa ini akan menjadi pelukan terakhir Ajun sebelum Ajun akan pergi ke jepang, lusa.
            Ajun memeluk Nina sambil berbisik...
            “Tunggu aku kembali ya, aku akan kembali untuk kamu, aku cinta sama kamu Nin, dan berharap kamu pun begitu. Pegang janji aku, bahwa aku akan mencintai kamu sampai Tuhan memintaku untuk menghentikan semua itu...” ucap Ajun.
            Nina hanya mampu menganggukkan kepalanya dalam pelukan hangat itu. Beberapa saat mereka memutuskan untuk pulang. Ajun mengantarkan Nina untuk pulang, hingga Ajun sampai mengantarrkan Nina.
            “Terima kasih untuk hari ini. Aku cinta kamu, Nin...” ucap Ajun tersenyum.
            “Terima kasih juga untuk hari ini. Aku juga cinta kamu, Jun. Dan tolong kembali tepat waktu supaya aku gak terlalu lama sendiri...” balas Nina tersenyum dan mulai memasuki rumahnya.

            2 Hari kemudian...


            Hari ini Ajun akan berangkat menuju jepang untuk urusan keluarganya. Nina izin sekolah untuk menemani Ajun menuju bandara untuk melepas kepergian semenara orang yang teramat ia cintai.
            “Jaga diri kamu ya, aku cuman pergi 1 tahun dan gak akan lebih dari itu, aku bakal kembali kesini, dan itu cuman untuk kamu...” ucap Ajun mengelus kepala Nina.
            “Iyaaa, jaga diri kamu juga disana Jun. Hati-hati yaa, akan bakal nunggu kamu disini kok....” balas Nina tersenyum.
            Ajun memeluk Nina saat ia akan masuk kedalam bandara. Saat tiba didalam bandara. Ajun mengeluarkan kembali sebuah papan ungkapan hatinya lalu memperlihatkannya pada Nina, sebuah tulisan yang diperuntukkan kepada Nina,

“Jaga diri kamu cengo ! Aku sayang kamu ! Tunggu kehadiranku kembali yaa !”

            Nina hanya tersenyum dan air matanya menetes seakan tak sanggup melepas 
kepergian sementara Ajun. Kini pesawat itu telah terbang dengan tenangnya. Nina berbalik arah menuju pulang, dalam hatinya bergumam,
            “Kembalilah 1 tahun lagi, Jun. Aku mencintaimu....”

            1 Tahun 3 bulan kemudian...


            Ternyata Ajun tak menepati janjinya pada Nina. Janji yang ia ucapkan bahwa hanya akan pergi selama 1 tahun, namun kenyataannya ia pergi lebih lama yaitu 1 tahun 3 bulan.
            Nina kini sudah lulus SMA. Memasuki jenjang lebih tinggi, namun Ajun sangat kehilangan jejak Nina, setelah menghampiri rumah Nina yang ternyata bukan disitu lagi, Ajun pun menghampiri rumah Gracia, teman SMA nya dulu yang juga sekelas bersamanya dan Nina. Sampai dirumah Gracia,
            “Gracia, tau Nina sekarang dimana ?” tanya Ajun saat mengetuk pintu rumah dan kebetulan Gracia yang membukakannya.
            “Kamu kemana aja ?” tanya Gracia dengan raut wajah kecewa.
            “Hm aku tau aku salah, makanya aku mau datangin dia dan minta maaf. Masalah keluargaku sangat rumit, dan itu yang buat aku harus lebih lama dijepang saat itu...” balas ajun merunduk.
            “Begitu kehilangannya dia kamu tinggal lebih lama, Jun. Aku masih 1 kuliah sama dia, besok ketemu di Universitas *********** aja. Tapi aku gak jamin dia masih mau ketemu sama kamu....” sambung Gracia.
            “Loh kok gitu ?” tanya Ajun heran.
            “Dia udah gak mau ketemu kamu lagi. Perasaan cewek emang gitu, sekali kamu sakiti, bisa-bisa dia udah gak mau ketemu lagi. Tapi liat aja besok, siapa tau dia gak gitu...” jawab Gracia dan hanya membuat Ajun kini merasa sangat bersalah.
            “Yaudah aku balik dulu, besok ketemu dikampus kalian aja...” ucap Ajun lalu memutar balik badanya bergegas pulang.
            Esok hari tiba. Siang nya, Ajun menunggu Gracia dan Nina di kantin kampus itu. Tak lama menunggu tiba-tiba teguran 2 orang wanita mengejutkan Ajun. 2 suara yang sanga ia kenal. Wanita itu duduk dihadapan Ajun. Gracia hanya terdiam, sedangkan Nina terkejut dan langsung kembali berdiri...
            “Nin maafin aku !” ucap ajun yang hanya merundukkan kepalanya.
            “Ngapain kamu kembali ! Mending kamu tingga disana aja ! Gak usah kembali lagi !” balas Nina dengan kecewa.
            “Nin aku bisa jelasin...” sambung Ajun menarik tangan Nina.
            “Gak ada yang perlu kamu jelasin !” Nina melepaskan tangannya dari genggaman Ajun dan bergegas pergi meninggalkan Ajun dan Gracia.
            “Sudah aku bilang dia pasti marah banget kan...” sahut Gracia.
            Kini Ajun tak tau apa yang harus ia lakukan, terus merasalah bersalah dan tak mampu berbuat apa-apa saat ada Nina tadi dihadapannya. Mungkin hanya sebuah Placard yang mampu mengungkapkan semua kerisauan dihatinya.
            “Kamu punya nomor Nina ?” tanya Ajun pada Gracia.
            “Buat apa ? Jangan buat dia tambah marah, Jun...” balas Gracia.
            “Aku cuman mau ngasih dia something, sebuah papan penanda isi hati yang biasa aku pake untuk mengungkapkan isi hatiku. Sore ini aku mau kerumahnya, aku juga minta alamat rumah barunya. Tolong Gracia, bantu aku kali ini aja...” tambah Ajun.
            Gracia memeberikan nomor telpon dan alamat rumah baru Nina pada Ajun. Pada sore hari tiba, Ajun mengirim pesan singkat pada Nina lewat handphonenya.
            “Nin, ini aku Gracia, aku ada didepan rumah mu nih. Keluar bentar ya...” ucap Ajun menyamar sebagai Gracia agar Nina mau menghampiri dirinya.
            Tak lama, seseorang membuka pagar rumah, tak lain tak bukan adalah Nina. Nina kembali terkejut dan mencoba masuk lalu menutup pagar rumahnya.
            “Aku gak mau ngomong sama kamu sekarang. Cuman mau melihatkan papan penanda isi hati ini, itu aja...” ucap Ajun merunduk lalu melihatkan kepada Nina sebuah papan yang bertuliskan...

“Maafkan aku yang meninggalkan mu selama ini. Masalahku terlalu rumit sampai harus pergi selama ini. Aku memang bukan laki-laki yang baik untukmu. Sekali lagi maafkan aku, semoga kamu bahagia, karna aku tak akan mengganggu mu lagi...”

            Nina terkejut membaca tulisan itu. Ajun langsung berbalik badan dan pergi meninggalkan rumah Nina. Nina mencoba memanggil Ajun kembali, namun ajun tetap meneruskan langkahnya dan pergi meninggalkan Nina.
            “Jun...Ajun...Ajun !!!” teriak Nina dan Ajun hanya terus berjalan sampai ke sepeda motornya dan pergi meninggalkan Nina.
            Sore hari saat Ajun duduk sendiri dipantai, hp nya berdering. Sebuah pesan singkat dari Gracia...
            “Jun, kamu dimana ?”
            “Aku dipantai biasa, ada apa ?”
balas Ajun dan saat itu tak ada lagi balasan dari Gracia.
            Sedang asik duduk melihat gulungan ombak dan tenangnya mentari terbenam, tiba-tiba suara kecil seorang wanita mengejutkan Ajun. Dengan cepat ia memutar pandangnnya, ternyata seorang Nina tepat berdiri di belakang Ajun.
            Tak ada percakapan, Ajun berdiri dan Nina langsung melihatkan sebuah tulisan dipapan sebagai ungkapan hatinya. Sebuah ungkapan bertuliskan,

“Maafkan aku, aku terlalu mencintaimu sampai-sampai harus seegois ini. aku takut kamu pergi dan tinggal disana selamanya. Aku gak bisa jauh dari kamu apalagi dalam waktu yang lama, maafkan aku ya, aku mencintaimu...”

            Ajun langsung memeluk Nina yang berdiri dengan sebuah papan penanda isi hatinya itu, seraya berbisik...
            “Kamu gak salah, aku yang salah. Sekali lagi maafkan aku Nina. Aku janji akan ada disampingmu sampai kapan pun, karna aku sangat mencintai kamu...” ucap Ajun memeluk Nina.
            Nina hanya mampu menangis dalam pelukan hangat Ajun, dan mulai berbisik...
            “Aku gak mau kamu ingkari janjimu lagi, tolong...tolong tetap disampingku, hibur aku dan jagai aku, aku gak mau kamu pergi lagi. Teruslah bersamaku, Jun...”

“Tuhan...Izin kan ku jaga malaikat kecilMu ini. Biar kutebus semua kesalahan ku selama ini yang sudah membuatnya merasa kesepian dan membuat hatinya terluka akan kepergian ku yang sangat lama. Terus ingatkan kepadanya Tuhan bahwa sekarang, ada seseorang yang akan menjaganya, melindunginya dan mencintainya serta memberikannya kasih sayang yang sangat tulus, dan orang itu adalah aku...”

Tamat.

"Jika ada sebuah hal yang tak mampu kamu ungkapkan dengan kata-kata, kamu bisa mengungkapkannya lewat sebuah tulisan dikertas kecil dan kamu tempel disebuah papan yang bisa kamu sebut, papan penanda isi hati." - Muhammad Edwin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kritik dan Saran.