FanFict by : @Fzlur_Rhmn
Inspired by : @F_CiaJKT48
Seiring berjalannya waktu, keadaan Cia semakin membaik.
Inilah yang kuharapkan, karena kesembuhan Cia adalah tujuan utama ku saat ini.
Emang bener sekarang dan untuk selama-lamanya aku udah ga bisa ngeliat dunia
lagi, ngeliat dan menikmati indahnya senyum yang dimiliki Cia, tapi paling
engga aku bisa ngerasain kalau di setiap hari-hariku akan selalu ada Cia yang
selalu tersenyum manis di depanku.
Setelah
sekitar 1 bulan di rumah sakit, akhirnya Cia pun diperbolehkan pulang kerumah.
4 hari sebelum Cia, aku udah keluar dari rumah sakit lebih dulu.
“Alhamdulillah”
Aku bersyukur di dalam hati karena kudapat kabar dari temanku kalau Cia sudah
keluar dari rumah sakit.
Aku
ga bisa kemana-mana hari ini, karena mama dan papaku sedang pergi keluar, jadi
ga ada yang bisa aku lakuin selain hanya terdiam dikamar sendirian. Ya
beginilah nasib anak tunggal, ga punya kakak juga ga punya adik, jadi ya
sekarang kalau orang tua ga ada aku gatau harus ngapain lagi.
Pengen
nelpon sahabat-sahabatku untuk anterin aku kerumah sakit tapi mereka semua lagi
sibuk karena mereka semua sedang berlibur keluar kota,. Lalu, kutelpon salah
satu temanku yang kebetulan rumahnya tak jauh dari rumahku, meskipun kami tak
terlalu akrab, tapi kuharap dia mau membantuku.
“Halo,
Assalamu’alaikum Dio?” Aku memulai percakapan dengan mengucap salam.
“Iya
halo, Wa’alaikum Salam. Ini Ajun ya?” Dio membalas salamku.
“Iya
yo, aku bisa minta tolong ga sama kamu?”
“Minta
tolong apa Jun?”
“Kamu
bisa ga anterin aku kerumah sakit buat jemputin Cia? Katanya sih hari ini dia
udah keluar dari rumah sakit” Aku mencoba untuk meminta tolong pada Dio.
“Ouh
iya, bisa kok Jun, kebetulan sekarang aku lagi ga ada kerjaan nih. Kapan kita
berangkat Jun?”
“Sekarang
aja yuk, kamu bisa kan jemput aku?”
“Sekarang?
Oke, bisa kok”
“Kalau
udah di depan rumah, langsung masuk ke kamarku aja ya yo, soalnya dirumah lagi
ga ada orang, jadi ga ada yang bantuin aku keluar kamar hehe”
“Iya,
tenang aja Jun”
“Oke,
thanks ya yo sebelumnya, dan maaf kalau aku ngerepotin kamu”
“Biasa
aja Jun hehe, ga ngerepotin kok”
Kami
kembali mengakhiri percakapan dengan salam, “Assalamu’alaikum” Ucapku.
“Wa’alaikum
Salam Jun” Balas Dio.
“Tuhan, jagalah Cia selalu, jangan biarkan
seharipun dari hidupnya berlalu tanpa senyum manis dari bibirnya” Aku berdoa
untuk Cia di dalam hati...
Sore
pukul 15.43 di depan pintu gerbang rumah sakit....
Bukannya
senang karena udah bisa keluar dari rumah sakit, tapi Cia malah murung. Emang
bener sih, sejak dia tau kalau aku donorin kedua bola mataku padanya, dia menjadi gadis
pemurung dan benar-benar ga pernah lagi ngucapin satu patah kata pun.
Entah
apa yang kini ada di pikirannya, mungkin dia kecewa padaku atau mungkin... dia
bener-bener terharu atas pengorbananku padanya. Tapi kuharap, ucapan sayang dan
cinta yang pernah dia bilang padaku itu ga cuma dimulut doang, melainkan juga
tulus dari hati.
Cia
pulang dari rumah sakit dengan dijemput oleh kedua orang tuanya yang kini sudah
rujuk kembali menjadi sepasang suami istri.
“Ayo
nak, cepet masuk mobil, keluarga besar kita udah nungguin kamu loh dirumah
hehe” Ajak ibunya dengan tawa kecil yang bermaksud untuk membuat Cia bisa
kembali tersenyum.
Lagi-lagi
Cia tidak ingin bicara apa-apa, bahkan satu senyuman pun tidak terlihat dari
bibirnya, tetap dengan wajah murung nya dia masuk kedalam mobil. Di sepanjang
perjalanan Cia hanya diam dan tertunduk saja, hingga tiba saatnya ..
“Ajun
mana bu?! Aku mau ketemu Ajun sekarang !! Anterin aku!” Teriak Cia yang meminta
untuk diantar bertemu denganku.
“Tapi
nak, keluarga dirumah udah pada nungguin kamu, kasihan mereka udah nungguin
kamu sejak tadi pagi” Balas ibunya.
“Ga!!
Aku mau ketemu Ajun!! Anterin aku kerumahnya bu!! Anterin aku SEKARANG !!!!”
Cia berteriak dan tangisannya semakin kencang.
“Yaudah
nak, iya, ibu anterin kamu kerumah Ajun sekarang” Balas ibunya kembali yang
mencoba menenangkan Cia.
Ayahnya
Cia memutar balikkan mobil dan langsung menuju kerumahku. Tapi, mobil Cia masih
di perjalanan, Dio datang untuk menjemputku dirumah.
“Assalamu’alaikum”
Dio datang dan mengucap salam lalu langsung masuk ke kamarku.
“Wa’alaikum
Salam yo, silahkan masuk. Maaf ya aku ga bisa buatin minuman, soalnya aku ga
tau ibu aku naruh jus jeruknya dimana hehe..” Ucapku.
“Udah,
ga usah repot-repot Jun, aku ngerti kok dengan keadaan kamu yang sekarang, kita
berangkat sekarang yuk” Ajak Dio.
Dengan
dibantu oleh Dio, aku keluar dari rumah dan kami pun berangkat menuju rumah
sakit.. Di perjalanan aku baru ingat kalau hp ku ketinggalan dikamar.
“Sial,
hp ku ketinggalan” Ucapku dalam hati.
Tapi
aku ga mengatakan hal ini pada Dio, aku takut ngerepotin dia, ya karena kami
udah hampir sampai di rumah sakit, masa iya mesti balik lagi kerumah buat
ngambil hp.
Tak lama setelah aku dan Dio pergi, mama dan
papaku datang..
“Assalamu’alaikum”
Mereka mengucap salam namun mereka heran kenapa ga ada jawaban salam dariku.
Ibuku
mencoba masuk ke dalam kamarku dan dilihatnya aku sudah tidak ada lagi di kamar.
“Loh
pah, Ajun kok ga ada dikamar nya ya?” Tanya mamaku pada papaku dengan perasaan
panik.
“Mungkin
dia lagi pergi sama temannya” Jawab papaku dengan singkat.
“Kita
harus cari dia pah!” Balas mamaku yang kini semakin panik.
“Udah,
dia itu anak laki-laki mah, dia pasti bisa jaga dirinya sendiri” Balas papaku
kembali.
“Tapi
kan kedaan dia yang sekarang udah ga kaya dulu lagi pah” Balas mamaku yang
mulai meneteskan air mata.
“Udahlah,
ga usah panik gitu mah, papa yakin dia bisa jaga diri diluar sana meski dalam
keadaan apapun dia saat ini” Balas papaku kembali yang mencoba menenangkan
mamaku.
“Kalau
emang mama pengen tau dia sekarang lagi ada dimana, kenapa ga mama telfon dia
aja” Sambung papaku.
“Ga
bisa pah, dia ninggalin hpnya tuh dikamar” ..
“Yaudahlah
kalau gitu kita tungguin aja dia sampai pulang” jawab papaku.
Tak
lama kemudian ...
“Assalamu’alaikum”
terdengar suara orang mengucap salam dari depan pintu rumahku. Ya, itu ibu
ayahnya Cia dan Cia sendiri.
Terjadi
percakapan panjang antara kedua orang tuaku dan juga kedua orang tua Cia, kedua
orang tua Cia menceritakan tentang kebaikanku yang sudah rela mendonorkan kedua
bola mataku pada anaknya.
Namun
pada akhirnya, ibunya Cia bertanya pada mamaku....
“Ajunnya
ada bu?” Tanya ibunya Cia pada mamaku.
“Wah,
kalau Ajun sejak saya datang tadi dia udah ga ada dirumah, ga tau kemana dia
pergi, mungkin pergi sama temannya” Balas mamaku.
Setelah
mendengar ucapan mamaku tadi, Cia langsung memutar balikkan badan dan berlari
menuju mobil. Kedua orang tua Cia pun langsung mengakhiri percakapan dengan
kedua orang tuaku lalu masuk kembali ke dalam mobil.
“Kamu
kenapa nak?” Tanya ibunya pada Cia.
Lagi-lagi
Cia ga mau bicara dan kini wajahnya menjadi semakin murung. Lalu Cia dan kedua
orang tuanya pun pulang kerumah dengan perasaan kecewa terutama Cia karena dia
ga bisa ketemu denganku.
Sore
pukul 16.38 aku dan Dio sampai di depan rumah sakit, tapi kata Dio dia ga
ngeliat ada Cia disini bahkan keluarganya pun dia ga liat. Dan akupun meminta
tolong pada Dio untuk menanyakannya pada salah satu suster terdekat.
“Sus,
pasien yang namanya Alycia Ferryana ada di ruangan berapa ya?” Tanya Dio pada
suster itu.
“Ouh,
pasien yang bernama Alycia Ferryana itu udah ga dirawat disini lagi mas, dia
udah kembali kerumahnya barusan” Balas suster itu.
“Kalau
gitu makasih ya sus” Balas Dio.
“Sama-sama
mas” Balas suster itu kembali dan dengan satu senyuman.
Dio
memberitahukan hal ini padaku dan seketika aku kembali merasa bersalah pada Cia
karena aku tidak menyambut kepulangannya dari rumah sakit. “Tuhan, semoga dia
tidak marah padaku, dan jika memang saat ini dia sedang marah padaku, semoga
dia ingin memaafkanku” Doaku di dalam hati.
Aku dan
Dio pun langsung pergi menuju rumah Cia. Aku tau, sekarang Cia pasti merasa
sangat kecewa padaku, dan kuharap Cia sekarang berada dirumahnya dan aku ingin
meminta maaf padanya hari ini juga.
Pukul
17.16 Cia dan kedua orang tuanya sampai dirumah. Benar kata ibunya, dia sudah
disambut banyak keluarganya dirumah. Semua keluarga menyambut Cia dengan
perasaan bahagia namun hal itu tidak terjadi pada Cia, tak ada tanda-tanda
kebahagiaan sama sekali terlihat dari wajahnya, bahkan wajahnya terlihat lebih
murung lagi setelah dari rumahku tadi, ya udah pasti karena waktu dia
kerumahku, aku sedang tidak ada dirumah karena aku sebenarnya juga pergi
kerumah sakit bermaksud untuk menemuinya.
Tak
lama kemudian, aku dan Dio tiba dirumah Cia.
“Yo,
kamu balik duluan gih, ini udah sore banget ntar kamu dicariin orang tua kamu
lagi” Ucapku pada Dio.
“Emang
kamu gapapa aku tinggalin sendiri disini Jun?” Tanya Dio.
“Udah,
gapapa kok, ntar aku bisa pulang sendiri hehe, ohya btw thanks ya yo udah mau
bantuin aku hari ini” Balasku.
“Hehe
yaudah, iya sama-sama Jun, aku balik duluan ya” Balas Dio kembali.
Dio pun
meninggalkanku sendiri di depan rumah Cia. Perlahan tapi pasti, aku berjalan
menuju depan pintu masuk rumah Cia dan ya aku berhasil. Lalu ku ketuk pintu dan
kuucapkan salam dengan perasaan yang sedikit tegang ..
“Assalamu’alaikum”
..
Seseorang
menjawab salamku dan mulai membuka pintu dan itu adalah ibunya Cia. “Wa’alaikum
Salam... Ajun?” Ucap ibunya Cia dengan perasaan heran bercampur senang.
“Hehe iya
bu, ini saya. Boleh saya bertemu dengan Cia bu? Cia ada di dalam kan?” Tanyaku
dan kuharap kali ini aku benar-benar bisa bertemu Cia.
“Cia?
Boleh dong pastinya nak, kamu tunggu disini sebentar ya, ibu mau kasih tau ke
Cia, dia pasti senang banget deh karena kamu udah datang ke sini” Balas ibunya
Cia dan langsung berlari ke dalam.
3 menit
kemudian, seseorang datang dan tiba-tiba langsung memelukku.. Ya, kukenal wangi
parfum ini, ga salah lagi ini pasti Cia. Akupun juga melingkarkan kedua
tanganku ke tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Cia memelukku sambil menangis
dengan keras,.
“Aku
kangen sama kamu! Kamu kemana aja Jun? Apa kamu udah ga sayang lagi sama aku?
Kenapa baru sekarang kamu nemuin aku?!” Teriaknya dengan sangat kencang dan
semakin erat memelukku.
“Ga
biasanya deh aku ngeliat kamu nangis kaya gini, biasanya kan tiap kita ketemu,
kamu selalu kasih senyum terindah yang kamu punya untuk aku, apa kamu ingat
itu?” Kubalas dengan perlahan disertai dengan senyuman.
“Ga ada
satupun yang aku lupain Jun, apapun itu, semua tentang kamu, aku ingat
semuanya, aku sayang sama kamu!” Balasnya dan kini tangisnya semakin
menjadi-jadi.
“Sssstt..
Sekarang aku udah ada di depan kamu. Jadi sekarang aku minta kamu untuk tenang,
aku pun juga sayang sama kamu Cia” Balasku kembali dan kini aku ga mampu
menahan air mataku.
Tiba-tiba
muncul ibunya Cia dari dalam rumahnya dan kemudian berkata padaku,.
“Tolong jaga Cia ya nak, ibu percaya sama kamu
kalau kamu bisa jaga Cia, ibu percaya kalau perasaan sayang kamu ke Cia itu
benar-benar tulus, ibu restui hubungan kalian kalau memang kalian ingin
menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman atau sahabat” Ucap ibunya Cia
yang terlihat sedang terharu mendengar percakapan ku dengan Cia.
Sejak
ibunya Cia mengucapkan hal itu, akupun semakin yakin kalau aku mencintai orang
yang tepat. Ya, selain karena aku dan Cia memiliki perasaan yang sama, kedua
orang tuaku dan Cia juga merestui hubungan kami.
Keesokan
harinya, aku bermaksud untuk mengajak Cia pergi ke pantai yang pertama kali ku
kunjungi berdua dengannya, karena ada hal penting yang ingin ku katakan padanya.
Tapi,..
“Gimana
caranya ya, supaya aku bisa pergi bareng Cia dengan keadaanku yang seperti
sekarang ini?” Ucapku dalam hati.
Lalu
kucoba menelfon Cia menggunakan telfon genggamku yang baru, ya, kini aku
menggunakan hp yang bukan lagi touch screen, karen papaku telah menggantinya
dengan hp yang biasa, tujuannya udah pasti agar aku bisa lebih mudah menggunakannya.
Telfon
tersambung dan percakapan pun dimulai dengan salam ..
“Assalamu’alaikum..
Hai bidadari cantik, hehe” Aku mencoba membuat suasana menjadi lebih santai
dengan sebuah gombalan.
“Wa’alaikum
Salam.. Hai juga pangeran ganteng, hehe” Cia merespon candaanku.
“Hmm,
sore sibuk ga? Kepantai yuk, aku mau ngomong sesuatu nih.” Ajakku.
“Ga
sibuk kok, yuk. Tapi gimana caranya Jun? Atau aku suruh ayahku aja yang anterin
kita kepantainya?” Balasnya dengan suara yang terdengar sangat ceria.
Setelah
mendengar itu, aku terdiam sejenak..
“Jun?
Kok ga ngomong? Hmm, iyadeh aku ngerti kok. Yaudah kalau gitu kamu tnggu
dirumah kamu aja ya, biar aku yang jemputin, tapi kita ketaman dekat rumah kamu
aja ya, kalau kepantai kejauhan hehe” Balasnya yang seolah paham kalau aku
hanya ingin jalan berdua dengannya.
“Yaudah,
terserah deh, yang penting aku bisa berdua sama kamu hehe. Aku tunggu ya”
Balasku kembali.
Kututup
telfonnya dan akupun bersiap untuk pergi dengan Cia. Sekitar 15 menit nungguin
di depan rumahku, akhirnya dia pun datang..
“Ehem,
sendirian aja nih, hehe” Ucap Cia yang sontak membuatku terkejut.
“Eh
Cia, ngagetin aja deh hehe. Kamu ke sini nya sama siapa?” Tanyaku dengan hati
yang saat ini sedang sangat berbunga-bunga karena aku kembali bisa bertemu
dengan wanita pujaanku.
“Aku ke
sini di antar sama ayah, tapi ayahku udah pulang kok. Yuk ke taman, kita jalan
kaki aja ya, biar so sweet hehe” Balasnya yang bermaksud ingin merayu ku.
“Yuk”
Balasku dengan disertai senyuman.
Cia pun
memegang erat tanganku sambil menuntunku berjalan menuju taman yang kebetulan
tak jauh dari rumahku. Di sepanjang perjalanan menuju taman aku merasakan deg-degan
yang sangat amat luar biasa, karena aku memikirkan tentang apa yang akan
kubicarakan pada Cia nanti saat di taman.
Sesampainya
di taman, aku dan Cia duduk di bawah sebuah pohon besar. Lalu Cia mengeluarkan
sesuatu dari dalam tasnya.
“Kayanya
aku tau bau ini? Isi pasti roti coklat kan? hehe. Aku boleh minta ga nih?”
Ucapku pada Cia disertai dengan tawa kecil.
“Ya
boleh dong Jun, ini mah emang khusus aku buatin untuk kamu” Balasnya dengan
sebuah senyuman yang dapat aku rasakan.
Tiba-tiba
keadaan sejenak menjadi hening ..
“Udah
deh, gausah pamer senyum mulu, aku tau kok kalau senyum kamu itu indah hehe”
Ucapku dengan disertai tawa kecil seolah aku dapat melihat kalau Cia memang
sedang tersenyum di depanku saat itu.
“Kamu
tau aja deh Jun kalau sekarang aku lagi senyum ngeliatin kamu hehe” Balasnya
dengan suara yang terdengar sedikit malu-malu.
“Ya
jelas aku tau lah, yang sekarang kamu pakai untuk ngeliatin wajahku itu kan
mata aku bwee .. hehe” Balasku kembali dengan sedikit menjulurkan lidah dan
bermaksud ingin kembali bercanda tawa dengannya.
Dan
tiba-tiba... Cia kembali memelukku dan dengan perlahan berbisik .
“Aku
sayang sama kamu...”
Disini,
aku sempat terdiam selama kurang lebih 10 menit, hingga pada waktunya aku mulai
mengatakan sesuatu ..
“Cia,
kamu percaya kan kalau cinta aku ke kamu itu tulus?” Tanyaku pada Cia.
“Ya
jelas aku percaya lah Jun, bahkan aku percaya banget. Karena kamu udah punya
satu bukti nyata yang udah kamu korban kan untuk aku dan itu atas nama cinta”
Balasnya dan kembali disertai dengan senyum indahnya.
“Kamu
ingat kan tadi aku bilang kalau aku pengen cerita sesuatu ke kamu” Tambahku.
“Iya
ingat, emang mau ngomong apa nih? Kaya nya penting banget deh hehe” Balasnya.
“Hmm,
jadi gini..” dengan sedikit bertingkah aneh aku berbicara dan sambil
menggaruk-garuk kepala karena ragu ingin mengatakannya.
“Apa?
Ngomong aja kali, ga perlu pake grogi gitu hehe” Balasnya kembali dan kini dia
memegang kedua tanganku.
“J..jadi
b.. begini. Udah sejak dulu saat pertama ngeliat kamu, aku mulai merasa ada
yang berbeda dalam diri kamu, lalu seiring berjalannya waktu dan juga kita yang
semakin hari semakin dekat, aku semakin merasa nyaman berada didekatmu dan ku
pikir, kamu orang yang paling sempurna untuk melengkapi orang yang mempunyai
banyak kekurangan seperti aku ini Cia.
Bisa
kurasakan Cia sedang menangis saat ini, dan kemudian dengan singkat dia
berkata. “Kita memiliki perasaan yang sama”.
Kemudian
aku memberanikan diri untuk membicarakan hal yang selama ini selalu ingin aku
katakan pada Cia ..
“Apakah
kamu ingin jadi pacarku Cia?” Ucapku dengan nada yang sedikit ragu.
“Hmm,
mau dong hehe” Balasnya dengan suara yang terdengar sangat yakin.
“Meski
dengan keadaanku yang seperti saat ini?” Tanyaku kembali.
“100
bahkan 1000% jawabanku ya” Balasnya lagi dengan tersenyum.
“J..Jadi,
sekarang kita pacaran nih?” Tanyaku dengan pipi yang mulai memerah karena
perasaan sedikit malu juga bercampur bahagia.
Cia tak
menjawab pertanyaanku tadi melainkan dia langsung memelukku, dan ku anggap itu
artinya dia menjawab YA.
“Aku bakal
jagain kamu, meski dengan keadaanku yang seperti ini sekalipun”..
“Aku
percaya sama kamu, kamu pasti bisa jagain aku disini” Balasnya sembari menunjuk
ke arah dadaku, ya, disini .. di hatiku ..
Dan
sejak saat itulah aku dan Cia menjalin hubungan yang lebih dari biasanya..
Seiring
berjalannya waktu, aku semakin mencintai Cia begitupun dengannya, ya, serasa
dunia ini jadi milik kita berdua..
Keesokan
harinya, senin pagi di hari yang cukup cerah, aku terbangun dengan perasaan
yang teramat berbeda dari biasanya, ya, semua karena Cia.. pastinya.
“Yess! Ini
hari pertama gua bangun pagi dalam keadaan ga jomblo lagi haha” Ucapku di
sertai dengan tawa bahagia.
Seperti
biasanya, sebelum berangkat sekolah ku mandi dan sarapan. Setelah itu kucium
tangan kedua orang tuaku, dan aku berangkat ke sekolah dengan diantar oleh papaku.
Sesampainya
di sekolah, aku turun dari mobil di depan gerbang sekolahku, dan ternyata disitu
udah ada Cia yang menunggu kedatanganku.
“Ayok
sini aku bantuin” ucapnya dengan suara yang kini membuatku semakin semangat
untuk pagi hari ini.
“I..iya
s..sayang, hehe” Balasku dengan tergagap-gagap.
“Udah,
gausah ragu gitu bilang sayangnya, kan sekarang aku udah jadi milik kamu hehe”
Balasnya kembali disertai senyum indahnya yang dapat kurasakan.
Cia menuntunku
masuk kedalam kelas untuk menaruh tas dan kemudian pergi ke lapangan sekolah
untuk mengikuti upacara bendera.
Setelah
upacara, kami masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran hingga selesai.. “Kriiiiing..
kriiing..” bel tanda istirahat berbunyi.
“Sayang
kita ke kantin yuk” Ajak Cia padaku.
“Yuk
sayang kita kekantin” Balasku.
Sesampainya
di kantin kami memesan makanan lalu mencari tempat duduk yang dirasa nyaman.
“Sayang
ntar sore kita ke taman yuk, aku pengen nyanyiin satu lagu buat kamu hehe”
Ajakku.
“Yuk,
ntar sore aku jemput kamu dirumah ya” Balasnya disertai senyuman.
Makanan
yang kami pesan pun tiba, aku dan Cia makan dengan lahapnya dan setelah itu
kami kembali masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran.
Bel tanda
semua pelajaran untuk hari ini telah usai, berbunyi “Kriiing..”
Papaku menjemputku
dan membawaku pulang kerumah, begitupun Cia yang dijemput oleh ayahnya. Belum sampai
dirumah Edwin menelponku..
Belum
sempat mengucap salam, Edwin langsung mulai berbicara dan suaranya terdengar
sedikit membuatku takut. “Jun, ini Edwin !, Cia tadi kecelakaan dan sekarang
Cia dan ayahnya sedang kritis dirumah sakit.! Kamu harus tengokin dia sekarang”..
Tak kubalas
omongan Edwin tadi dengan sepatah katapun dan langsung kututup telfonnya. Ya,
kini aku kembali hanya bisa tertunduk lesu dan akupun tak sanggup membendung airmataku
dan mulai berdoa di dalam hati..
“Tuhan, cobaan apa
lagi yang kini ingin Engkau berikan padaku? Ku mohon, sertailah selalu keselamatan
pada orang yang sangat kusayangi”
BERSAMBUNG
Part 3nya ditunggu mz hhe :D
BalasHapus