Fanfict

Aku Hanya Ingin Membuatmu Tersenyum “Part 2”




 FanFict by : @Fzlur_Rhmn

 Inspired by : @F_CiaJKT48 

 Seiring berjalannya waktu, keadaan Cia semakin membaik. Inilah yang kuharapkan, karena kesembuhan Cia adalah tujuan utama ku saat ini. Emang bener sekarang dan untuk selama-lamanya aku udah ga bisa ngeliat dunia lagi, ngeliat dan menikmati indahnya senyum yang dimiliki Cia, tapi paling engga aku bisa ngerasain kalau di setiap hari-hariku akan selalu ada Cia yang selalu tersenyum manis di depanku.
            Setelah sekitar 1 bulan di rumah sakit, akhirnya Cia pun diperbolehkan pulang kerumah. 4 hari sebelum Cia, aku udah keluar dari rumah sakit lebih dulu.
            “Alhamdulillah” Aku bersyukur di dalam hati karena kudapat kabar dari temanku kalau Cia sudah keluar dari rumah sakit.
            Aku ga bisa kemana-mana hari ini, karena mama dan papaku sedang pergi keluar, jadi ga ada yang bisa aku lakuin selain hanya terdiam dikamar sendirian. Ya beginilah nasib anak tunggal, ga punya kakak juga ga punya adik, jadi ya sekarang kalau orang tua ga ada aku gatau harus ngapain lagi.
            Pengen nelpon sahabat-sahabatku untuk anterin aku kerumah sakit tapi mereka semua lagi sibuk karena mereka semua sedang berlibur keluar kota,. Lalu, kutelpon salah satu temanku yang kebetulan rumahnya tak jauh dari rumahku, meskipun kami tak terlalu akrab, tapi kuharap dia mau membantuku.
            “Halo, Assalamu’alaikum Dio?” Aku memulai percakapan dengan mengucap salam.
            “Iya halo, Wa’alaikum Salam. Ini Ajun ya?” Dio membalas salamku.
            “Iya yo, aku bisa minta tolong ga sama kamu?”
“Minta tolong apa Jun?”
“Kamu bisa ga anterin aku kerumah sakit buat jemputin Cia? Katanya sih hari ini dia udah keluar dari rumah sakit” Aku mencoba untuk meminta tolong pada Dio.
“Ouh iya, bisa kok Jun, kebetulan sekarang aku lagi ga ada kerjaan nih. Kapan kita berangkat Jun?”
“Sekarang aja yuk, kamu bisa kan jemput aku?”
“Sekarang? Oke, bisa kok”
“Kalau udah di depan rumah, langsung masuk ke kamarku aja ya yo, soalnya dirumah lagi ga ada orang, jadi ga ada yang bantuin aku keluar kamar hehe”
“Iya, tenang aja Jun”
“Oke, thanks ya yo sebelumnya, dan maaf kalau aku ngerepotin kamu”
“Biasa aja Jun hehe, ga ngerepotin kok”
Kami kembali mengakhiri percakapan dengan salam, “Assalamu’alaikum” Ucapku.
“Wa’alaikum Salam Jun” Balas Dio.
 “Tuhan, jagalah Cia selalu, jangan biarkan seharipun dari hidupnya berlalu tanpa senyum manis dari bibirnya” Aku berdoa untuk Cia di dalam hati...
Sore pukul 15.43 di depan pintu gerbang rumah sakit....
Bukannya senang karena udah bisa keluar dari rumah sakit, tapi Cia malah murung. Emang bener sih, sejak dia tau kalau aku donorin kedua  bola mataku padanya, dia menjadi gadis pemurung dan benar-benar ga pernah lagi ngucapin satu patah kata pun.
            Entah apa yang kini ada di pikirannya, mungkin dia kecewa padaku atau mungkin... dia bener-bener terharu atas pengorbananku padanya. Tapi kuharap, ucapan sayang dan cinta yang pernah dia bilang padaku itu ga cuma dimulut doang, melainkan juga tulus dari hati.
            Cia pulang dari rumah sakit dengan dijemput oleh kedua orang tuanya yang kini sudah rujuk kembali menjadi sepasang suami istri.
            “Ayo nak, cepet masuk mobil, keluarga besar kita udah nungguin kamu loh dirumah hehe” Ajak ibunya dengan tawa kecil yang bermaksud untuk membuat Cia bisa kembali tersenyum.
            Lagi-lagi Cia tidak ingin bicara apa-apa, bahkan satu senyuman pun tidak terlihat dari bibirnya, tetap dengan wajah murung nya dia masuk kedalam mobil. Di sepanjang perjalanan Cia hanya diam dan tertunduk saja, hingga tiba saatnya ..
            “Ajun mana bu?! Aku mau ketemu Ajun sekarang !! Anterin aku!” Teriak Cia yang meminta untuk diantar bertemu denganku.
            “Tapi nak, keluarga dirumah udah pada nungguin kamu, kasihan mereka udah nungguin kamu sejak tadi pagi” Balas ibunya.
            “Ga!! Aku mau ketemu Ajun!! Anterin aku kerumahnya bu!! Anterin aku SEKARANG !!!!” Cia berteriak dan tangisannya semakin kencang.
            “Yaudah nak, iya, ibu anterin kamu kerumah Ajun sekarang” Balas ibunya kembali yang mencoba menenangkan Cia.
            Ayahnya Cia memutar balikkan mobil dan langsung menuju kerumahku. Tapi, mobil Cia masih di perjalanan, Dio datang untuk menjemputku dirumah.
“Assalamu’alaikum” Dio datang dan mengucap salam lalu langsung masuk ke kamarku.
“Wa’alaikum Salam yo, silahkan masuk. Maaf ya aku ga bisa buatin minuman, soalnya aku ga tau ibu aku naruh jus jeruknya dimana hehe..” Ucapku.
“Udah, ga usah repot-repot Jun, aku ngerti kok dengan keadaan kamu yang sekarang, kita berangkat sekarang yuk” Ajak Dio.
Dengan dibantu oleh Dio, aku keluar dari rumah dan kami pun berangkat menuju rumah sakit.. Di perjalanan aku baru ingat kalau hp ku ketinggalan dikamar.
“Sial, hp ku ketinggalan” Ucapku dalam hati.
Tapi aku ga mengatakan hal ini pada Dio, aku takut ngerepotin dia, ya karena kami udah hampir sampai di rumah sakit, masa iya mesti balik lagi kerumah buat ngambil hp.
 Tak lama setelah aku dan Dio pergi, mama dan papaku datang..
“Assalamu’alaikum” Mereka mengucap salam namun mereka heran kenapa ga ada jawaban salam dariku.
Ibuku mencoba masuk ke dalam kamarku dan dilihatnya aku sudah tidak ada lagi di kamar.
“Loh pah, Ajun kok ga ada dikamar nya ya?” Tanya mamaku pada papaku dengan perasaan panik.
“Mungkin dia lagi pergi sama temannya” Jawab papaku dengan singkat.
“Kita harus cari dia pah!” Balas mamaku yang kini semakin panik.
“Udah, dia itu anak laki-laki mah, dia pasti bisa jaga dirinya sendiri” Balas papaku kembali.
“Tapi kan kedaan dia yang sekarang udah ga kaya dulu lagi pah” Balas mamaku yang mulai meneteskan air mata.
“Udahlah, ga usah panik gitu mah, papa yakin dia bisa jaga diri diluar sana meski dalam keadaan apapun dia saat ini” Balas papaku kembali yang mencoba menenangkan mamaku.
“Kalau emang mama pengen tau dia sekarang lagi ada dimana, kenapa ga mama telfon dia aja” Sambung papaku.
“Ga bisa pah, dia ninggalin hpnya tuh dikamar” ..
“Yaudahlah kalau gitu kita tungguin aja dia sampai pulang” jawab papaku.
Tak lama kemudian ...
“Assalamu’alaikum” terdengar suara orang mengucap salam dari depan pintu rumahku. Ya, itu ibu ayahnya Cia dan Cia sendiri.
Terjadi percakapan panjang antara kedua orang tuaku dan juga kedua orang tua Cia, kedua orang tua Cia menceritakan tentang kebaikanku yang sudah rela mendonorkan kedua bola mataku pada anaknya.
Namun pada akhirnya, ibunya Cia bertanya pada mamaku....
“Ajunnya ada bu?” Tanya ibunya Cia pada mamaku.
“Wah, kalau Ajun sejak saya datang tadi dia udah ga ada dirumah, ga tau kemana dia pergi, mungkin pergi sama temannya” Balas mamaku.
Setelah mendengar ucapan mamaku tadi, Cia langsung memutar balikkan badan dan berlari menuju mobil. Kedua orang tua Cia pun langsung mengakhiri percakapan dengan kedua orang tuaku lalu masuk kembali ke dalam mobil.
“Kamu kenapa nak?” Tanya ibunya pada Cia.
Lagi-lagi Cia ga mau bicara dan kini wajahnya menjadi semakin murung. Lalu Cia dan kedua orang tuanya pun pulang kerumah dengan perasaan kecewa terutama Cia karena dia ga bisa ketemu denganku.
Sore pukul 16.38 aku dan Dio sampai di depan rumah sakit, tapi kata Dio dia ga ngeliat ada Cia disini bahkan keluarganya pun dia ga liat. Dan akupun meminta tolong pada Dio untuk menanyakannya pada salah satu suster terdekat.
“Sus, pasien yang namanya Alycia Ferryana ada di ruangan berapa ya?” Tanya Dio pada suster itu.
“Ouh, pasien yang bernama Alycia Ferryana itu udah ga dirawat disini lagi mas, dia udah kembali kerumahnya barusan” Balas suster itu.
“Kalau gitu makasih ya sus” Balas Dio.
“Sama-sama mas” Balas suster itu kembali dan dengan satu senyuman.
Dio memberitahukan hal ini padaku dan seketika aku kembali merasa bersalah pada Cia karena aku tidak menyambut kepulangannya dari rumah sakit. “Tuhan, semoga dia tidak marah padaku, dan jika memang saat ini dia sedang marah padaku, semoga dia ingin memaafkanku” Doaku di dalam hati.
Aku dan Dio pun langsung pergi menuju rumah Cia. Aku tau, sekarang Cia pasti merasa sangat kecewa padaku, dan kuharap Cia sekarang berada dirumahnya dan aku ingin meminta maaf padanya hari ini juga.
Pukul 17.16 Cia dan kedua orang tuanya sampai dirumah. Benar kata ibunya, dia sudah disambut banyak keluarganya dirumah. Semua keluarga menyambut Cia dengan perasaan bahagia namun hal itu tidak terjadi pada Cia, tak ada tanda-tanda kebahagiaan sama sekali terlihat dari wajahnya, bahkan wajahnya terlihat lebih murung lagi setelah dari rumahku tadi, ya udah pasti karena waktu dia kerumahku, aku sedang tidak ada dirumah karena aku sebenarnya juga pergi kerumah sakit bermaksud untuk menemuinya.
Tak lama kemudian, aku dan Dio tiba dirumah Cia.
“Yo, kamu balik duluan gih, ini udah sore banget ntar kamu dicariin orang tua kamu lagi” Ucapku pada Dio.
“Emang kamu gapapa aku tinggalin sendiri disini Jun?” Tanya Dio.
“Udah, gapapa kok, ntar aku bisa pulang sendiri hehe, ohya btw thanks ya yo udah mau bantuin aku hari ini” Balasku.
“Hehe yaudah, iya sama-sama Jun, aku balik duluan ya” Balas Dio kembali.
Dio pun meninggalkanku sendiri di depan rumah Cia. Perlahan tapi pasti, aku berjalan menuju depan pintu masuk rumah Cia dan ya aku berhasil. Lalu ku ketuk pintu dan kuucapkan salam dengan perasaan yang sedikit tegang ..
“Assalamu’alaikum” ..
Seseorang menjawab salamku dan mulai membuka pintu dan itu adalah ibunya Cia. “Wa’alaikum Salam... Ajun?” Ucap ibunya Cia dengan perasaan heran bercampur senang.
“Hehe iya bu, ini saya. Boleh saya bertemu dengan Cia bu? Cia ada di dalam kan?” Tanyaku dan kuharap kali ini aku benar-benar bisa bertemu Cia.
“Cia? Boleh dong pastinya nak, kamu tunggu disini sebentar ya, ibu mau kasih tau ke Cia, dia pasti senang banget deh karena kamu udah datang ke sini” Balas ibunya Cia dan langsung berlari ke dalam.
3 menit kemudian, seseorang datang dan tiba-tiba langsung memelukku.. Ya, kukenal wangi parfum ini, ga salah lagi ini pasti Cia. Akupun juga melingkarkan kedua tanganku ke tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Cia memelukku sambil menangis dengan keras,.
“Aku kangen sama kamu! Kamu kemana aja Jun? Apa kamu udah ga sayang lagi sama aku? Kenapa baru sekarang kamu nemuin aku?!” Teriaknya dengan sangat kencang dan semakin erat memelukku.
“Ga biasanya deh aku ngeliat kamu nangis kaya gini, biasanya kan tiap kita ketemu, kamu selalu kasih senyum terindah yang kamu punya untuk aku, apa kamu ingat itu?” Kubalas dengan perlahan disertai dengan senyuman.
“Ga ada satupun yang aku lupain Jun, apapun itu, semua tentang kamu, aku ingat semuanya, aku sayang sama kamu!” Balasnya dan kini tangisnya semakin menjadi-jadi.
“Sssstt.. Sekarang aku udah ada di depan kamu. Jadi sekarang aku minta kamu untuk tenang, aku pun juga sayang sama kamu Cia” Balasku kembali dan kini aku ga mampu menahan air mataku.
Tiba-tiba muncul ibunya Cia dari dalam rumahnya dan kemudian berkata padaku,.
 “Tolong jaga Cia ya nak, ibu percaya sama kamu kalau kamu bisa jaga Cia, ibu percaya kalau perasaan sayang kamu ke Cia itu benar-benar tulus, ibu restui hubungan kalian kalau memang kalian ingin menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman atau sahabat” Ucap ibunya Cia yang terlihat sedang terharu mendengar percakapan ku dengan Cia.
Sejak ibunya Cia mengucapkan hal itu, akupun semakin yakin kalau aku mencintai orang yang tepat. Ya, selain karena aku dan Cia memiliki perasaan yang sama, kedua orang tuaku dan Cia juga merestui hubungan kami.
Keesokan harinya, aku bermaksud untuk mengajak Cia pergi ke pantai yang pertama kali ku kunjungi berdua dengannya, karena ada hal penting yang ingin ku katakan padanya. Tapi,..
“Gimana caranya ya, supaya aku bisa pergi bareng Cia dengan keadaanku yang seperti sekarang ini?” Ucapku dalam hati.
Lalu kucoba menelfon Cia menggunakan telfon genggamku yang baru, ya, kini aku menggunakan hp yang bukan lagi touch screen, karen papaku telah menggantinya dengan hp yang biasa, tujuannya udah pasti agar aku bisa lebih mudah menggunakannya.
Telfon tersambung dan percakapan pun dimulai dengan salam ..
“Assalamu’alaikum.. Hai bidadari cantik, hehe” Aku mencoba membuat suasana menjadi lebih santai dengan sebuah gombalan.
“Wa’alaikum Salam.. Hai juga pangeran ganteng, hehe” Cia merespon candaanku.
“Hmm, sore sibuk ga? Kepantai yuk, aku mau ngomong sesuatu nih.” Ajakku.
“Ga sibuk kok, yuk. Tapi gimana caranya Jun? Atau aku suruh ayahku aja yang anterin kita kepantainya?” Balasnya dengan suara yang terdengar sangat ceria.
Setelah mendengar itu, aku terdiam sejenak..
“Jun? Kok ga ngomong? Hmm, iyadeh aku ngerti kok. Yaudah kalau gitu kamu tnggu dirumah kamu aja ya, biar aku yang jemputin, tapi kita ketaman dekat rumah kamu aja ya, kalau kepantai kejauhan hehe” Balasnya yang seolah paham kalau aku hanya ingin jalan berdua dengannya.
“Yaudah, terserah deh, yang penting aku bisa berdua sama kamu hehe. Aku tunggu ya” Balasku kembali.
Kututup telfonnya dan akupun bersiap untuk pergi dengan Cia. Sekitar 15 menit nungguin di depan rumahku, akhirnya dia pun datang..
“Ehem, sendirian aja nih, hehe” Ucap Cia yang sontak membuatku terkejut.
“Eh Cia, ngagetin aja deh hehe. Kamu ke sini nya sama siapa?” Tanyaku dengan hati yang saat ini sedang sangat berbunga-bunga karena aku kembali bisa bertemu dengan wanita pujaanku.
“Aku ke sini di antar sama ayah, tapi ayahku udah pulang kok. Yuk ke taman, kita jalan kaki aja ya, biar so sweet hehe” Balasnya yang bermaksud ingin merayu ku.
“Yuk” Balasku dengan disertai senyuman.
Cia pun memegang erat tanganku sambil menuntunku berjalan menuju taman yang kebetulan tak jauh dari rumahku. Di sepanjang perjalanan menuju taman aku merasakan deg-degan yang sangat amat luar biasa, karena aku memikirkan tentang apa yang akan kubicarakan pada Cia nanti saat di taman.
Sesampainya di taman, aku dan Cia duduk di bawah sebuah pohon besar. Lalu Cia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
“Kayanya aku tau bau ini? Isi pasti roti coklat kan? hehe. Aku boleh minta ga nih?” Ucapku pada Cia disertai dengan tawa kecil.
“Ya boleh dong Jun, ini mah emang khusus aku buatin untuk kamu” Balasnya dengan sebuah senyuman yang dapat aku rasakan.
Tiba-tiba keadaan sejenak menjadi hening ..
“Udah deh, gausah pamer senyum mulu, aku tau kok kalau senyum kamu itu indah hehe” Ucapku dengan disertai tawa kecil seolah aku dapat melihat kalau Cia memang sedang tersenyum di depanku saat itu.
“Kamu tau aja deh Jun kalau sekarang aku lagi senyum ngeliatin kamu hehe” Balasnya dengan suara yang terdengar sedikit malu-malu.
“Ya jelas aku tau lah, yang sekarang kamu pakai untuk ngeliatin wajahku itu kan mata aku bwee .. hehe” Balasku kembali dengan sedikit menjulurkan lidah dan bermaksud ingin kembali bercanda tawa dengannya.
Dan tiba-tiba... Cia kembali memelukku dan dengan perlahan berbisik .
“Aku sayang sama kamu...”
Disini, aku sempat terdiam selama kurang lebih 10 menit, hingga pada waktunya aku mulai mengatakan sesuatu ..
“Cia, kamu percaya kan kalau cinta aku ke kamu itu tulus?” Tanyaku pada Cia.
“Ya jelas aku percaya lah Jun, bahkan aku percaya banget. Karena kamu udah punya satu bukti nyata yang udah kamu korban kan untuk aku dan itu atas nama cinta” Balasnya dan kembali disertai dengan senyum indahnya.
“Kamu ingat kan tadi aku bilang kalau aku pengen cerita sesuatu ke kamu” Tambahku.
“Iya ingat, emang mau ngomong apa nih? Kaya nya penting banget deh hehe” Balasnya.
“Hmm, jadi gini..” dengan sedikit bertingkah aneh aku berbicara dan sambil menggaruk-garuk kepala karena ragu ingin mengatakannya.
“Apa? Ngomong aja kali, ga perlu pake grogi gitu hehe” Balasnya kembali dan kini dia memegang kedua tanganku.
“J..jadi b.. begini. Udah sejak dulu saat pertama ngeliat kamu, aku mulai merasa ada yang berbeda dalam diri kamu, lalu seiring berjalannya waktu dan juga kita yang semakin hari semakin dekat, aku semakin merasa nyaman berada didekatmu dan ku pikir, kamu orang yang paling sempurna untuk melengkapi orang yang mempunyai banyak kekurangan seperti aku ini Cia.
Bisa kurasakan Cia sedang menangis saat ini, dan kemudian dengan singkat dia berkata. “Kita memiliki perasaan yang sama”.
Kemudian aku memberanikan diri untuk membicarakan hal yang selama ini selalu ingin aku katakan pada Cia ..
“Apakah kamu ingin jadi pacarku Cia?” Ucapku dengan nada yang sedikit ragu.
“Hmm, mau dong hehe” Balasnya dengan suara yang terdengar sangat yakin.
“Meski dengan keadaanku yang seperti saat ini?” Tanyaku kembali.
“100 bahkan 1000% jawabanku ya” Balasnya lagi dengan tersenyum.
“J..Jadi, sekarang kita pacaran nih?” Tanyaku dengan pipi yang mulai memerah karena perasaan sedikit malu juga bercampur bahagia.
Cia tak menjawab pertanyaanku tadi melainkan dia langsung memelukku, dan ku anggap itu artinya dia menjawab YA.
“Aku bakal jagain kamu, meski dengan keadaanku yang seperti ini sekalipun”..
“Aku percaya sama kamu, kamu pasti bisa jagain aku disini” Balasnya sembari menunjuk ke arah dadaku, ya, disini .. di hatiku ..
Dan sejak saat itulah aku dan Cia menjalin hubungan yang lebih dari biasanya..
Seiring berjalannya waktu, aku semakin mencintai Cia begitupun dengannya, ya, serasa dunia ini jadi milik kita berdua..
Keesokan harinya, senin pagi di hari yang cukup cerah, aku terbangun dengan perasaan yang teramat berbeda dari biasanya, ya, semua karena Cia.. pastinya.
“Yess! Ini hari pertama gua bangun pagi dalam keadaan ga jomblo lagi haha” Ucapku di sertai dengan tawa bahagia.
Seperti biasanya, sebelum berangkat sekolah ku mandi dan sarapan. Setelah itu kucium tangan kedua orang tuaku, dan aku berangkat ke sekolah dengan diantar oleh papaku.
Sesampainya di sekolah, aku turun dari mobil di depan gerbang sekolahku, dan ternyata disitu udah ada Cia yang menunggu kedatanganku.
“Ayok sini aku bantuin” ucapnya dengan suara yang kini membuatku semakin semangat untuk pagi hari ini.
“I..iya s..sayang, hehe” Balasku dengan tergagap-gagap.
“Udah, gausah ragu gitu bilang sayangnya, kan sekarang aku udah jadi milik kamu hehe” Balasnya kembali disertai senyum indahnya yang dapat kurasakan.
Cia menuntunku masuk kedalam kelas untuk menaruh tas dan kemudian pergi ke lapangan sekolah untuk mengikuti upacara bendera.
Setelah upacara, kami masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran hingga selesai.. “Kriiiiing.. kriiing..” bel tanda istirahat berbunyi.
“Sayang kita ke kantin yuk” Ajak Cia padaku.
“Yuk sayang kita kekantin” Balasku.
Sesampainya di kantin kami memesan makanan lalu mencari tempat duduk yang dirasa nyaman.
“Sayang ntar sore kita ke taman yuk, aku pengen nyanyiin satu lagu buat kamu hehe” Ajakku.
“Yuk, ntar sore aku jemput kamu dirumah ya” Balasnya disertai senyuman.
Makanan yang kami pesan pun tiba, aku dan Cia makan dengan lahapnya dan setelah itu kami kembali masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran.
Bel tanda semua pelajaran untuk hari ini telah usai, berbunyi “Kriiing..”
Papaku menjemputku dan membawaku pulang kerumah, begitupun Cia yang dijemput oleh ayahnya. Belum sampai dirumah Edwin menelponku..
Belum sempat mengucap salam, Edwin langsung mulai berbicara dan suaranya terdengar sedikit membuatku takut. “Jun, ini Edwin !, Cia tadi kecelakaan dan sekarang Cia dan ayahnya sedang kritis dirumah sakit.! Kamu harus tengokin dia sekarang”..
Tak kubalas omongan Edwin tadi dengan sepatah katapun dan langsung kututup telfonnya. Ya, kini aku kembali hanya bisa tertunduk lesu dan akupun tak sanggup membendung airmataku dan mulai berdoa di dalam hati..
Tuhan, cobaan apa lagi yang kini ingin Engkau berikan padaku? Ku mohon, sertailah selalu keselamatan pada orang yang sangat kusayangi”

BERSAMBUNG

1 komentar:

Kritik dan Saran.